Senin, 28 September 2015

Khotbah MATIUS 7:12-14

MATIUS 7:12-14
Saudara/I yang terkasih dalam Kristus, dalam hidup, kita sering diperhadapkan dengan pilihan. Ada pilihan dalam hal kecil seperti memilih makanan yang akan kita makan, bahkan sampai kepada pilihan yang akan menentukan masa depan kita, seperti memilih pekerjaan. Dalam pembacaan kita, jika kita lihat, sepertinya pembacaan kita juga berbicara mengenai pillihan hidup. Yesus menyampaikan pengajarannya pada pasal yang ke 7 ini dengan memberi 2 pilihan yang kontras, seperti jalan (7:12-14); pohon (7:15-20); dan Dasar Bangunan (7:24-27). Namun, sadar atau tidak, sebenarnya bacaan kita bukan berbicara mengenai pilihan, sebab Allah begitu mengasihi kita sehingga, ia memberikan petunjuk untuk kehidupan kita. Mari kita lihat petunjuk kehidupan tersebut dalam pembacaan kita.
Pada ayat 12 Yesus menekankan tentang hubungan di antara sesama manusia. Bagi Yesus hidup bersama orang lain itu penting, sebab hidup dan kehidupan itu Tuhan yang ciptakan. Jika murid-murid mau hidup damai, tentram dan sukacita, maka dalam hubungan dengan orang lain mereka harus saling menghargai dan menerima satu sama lain. Ini adalah prinsip keseimbangan hidup yang Yesus ajarkan. Ajaran ini juga ada pada bangsa-bangsa lain dan juga pada orang-orang di sekitar kita, tetapi biasanya berbunyi: “jangan lakukan apa yang kamu tidak ingin orang lain lakukan kepadamu”. Bunyi kalimat ini negative. Sedangkan yang Yesus katakan adalah lebih dalam lagi dalam bentuk kalimat positif dan motivasi untuk bertindak terlebih dahulu: “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya rang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”. Ini berarti kita yang harus bertindak lebih dahulu untuk mengasihi sehingga kita juga dikasihi.
Pada ayat 13 dan 14, Yesus menggambarkan jalan kehidupan bagaikan 2 pintu dan jalannya yang lebar dan ada yang sempit. Pintu yang lebar dan jalan yang luas adalah gambaran dari kesenangan dunia yang sangat digemari oleh banyak orang sehingga pintu dan jalan itu sering dilalui oleh manusia. Pintu dan jalan itu seperti hidup yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain, hidup hanya mau menerima pertolongan tetapi susah untuk memberi pertolongan. Setiap orang pasti ingin kebahagiaan dan tidak ingin mendapat kesusahan. Yesus pun mengetahui dan memahami kelemahan manusia dalam hal ini. Karena itu Ia tidak memberikan pilihan kepada kita, melainkan perintah. Perintah agar kita tidak menyimpang dari kebenaran dan tetap hidup dalam jalan-Nya. Perintah tersebut ada pada kata pertama di ayat 13: “masuklah”. Yesus tidak menyuruh kita memilih, tapi Tuhan MENYURUH kita masuk pintu sempit. Sebab bila kita disuruh untuk memilih, kita pasti akan memiih jalan keinginan daging, jalan yang luas dengan pintu yang lebar. Ini bukti bahwa dosa itu sangat dekat juga dengan kita. Sekali kita tidak berhati-hati dan menahan godaan, kita akan memilih dosa dengan pintunya yang terbuka lebar untuk kita. Sudah pasti kita tidak akan selamat. Namun karena Yesus mengasihi kita, perintah-Nya adalah menyuruh kita mengikuti jalan-Nya, yang meskipun sesak dengan pintu yang sempit. Ini adalah rumus dari kehidupan, seperti pepatah berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit- sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
            Saudara/I, Firman Tuhan bagi kita pada hari ini ada dua hal, yaitu:
1.      Kita wajib hidup rukun dan damai dengan sesama kita karena setiap orang yang hidup bersama dengan kita adalah ciptaan Allah yang juga dikasihi Allah. Manusia ciptaan Allah adalah makhluk sosial, yang diciptakan tidak untuk hidup sendiri tetapi untuk hidup bersama orang lain di sekitar kita. Demi kedamaian dalam kebersamaan itu, lakukanlah hal-hal yang baik (kasih) kepada sesama kita. 
2.      Hidup bersama Allah di dunia ini tidaklah mudah. Banyak tantangan dan kesulitan yang akan dialami dan dihadapi termasuk di dalamnya penyangkalan diri. Yesus sudah pernah berkata bahwa barangsiapa ingin mengikut Dia, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan kemudian mengikut Yesus. Pintu masuk yang menuju hidup kekal itu benar-benar sempit dan jalan yang harus dilalui penuh dengan kesukaran. Godaan, hambatan, ancaaman dan lain-lain pasti akan dihadapi dan dialami oleh setiap orang yang percaya kepada Kristus. Sebagai contoh: Karena iman kepada Kristus, banyak dari kita sering mangalami ketidakadilan (baik di rumah, tempat kerja dan di masyarakat).
Namun kita harus mampu berjalan di jalan yang sempit tadi dengan menghadirkan Yesus bersama-sama dengan kita. Yesus berkata: Sedikit orang yang mendapati jalan sempit itu. Itu berarti bahwa jalan tersebut menuntut kesungguhan hati dalam hal percaya kepada Allah. Tidak boleh menyerah dalam menghadapi tantangan hidup, karena ada sesuatu yang akan kita dapat dibalik semuanya itu, yaitu kehidupan yang kekal bersama Allah.
Roh Kudus kiranya memampukan kita dalam melakukan firman-Nya dalam kehidupan kita setiap hari. Amin.

Kamis, 02 Juli 2015

Verbatim Contoh Kasus Konseling Pastoral

Konseli adalah seorang mahasiswa (laki-laki), yang mengalami masalah, yaitu pacarnya sedang hamil akibat hubungan seksual yang pernah mereka lakukan. Pacarnya adalah sesama teman mahasiswa. Karena itu konseli datang ke rumah konselor (perempuan), yang adalah pendeta jemaat di mana konseli berada. Pertemuan ini berlangsung siang hari di rumah konselor.
Ket: Konselor (Kr); Konseli (Ki)
Ki.1: Selamat siang, bu.
Kr.1: Iya, selamat siang (Sambil membuka pintu). Wah, dek Roy, ibu kira siapa. Mari, masuk. Silahkan duduk.
Ki.2: Iya, bu. Makasih. Ibu lagi sibuk ya? 
Kr.2: Tidak, dek. Kebetulan ibu lagi duduk-duduk saja. Oh iya, dek Roy mau minum apa?
Ki.3: Aduh. Maaf merepotkan, bu. Saya minum air putih saja.
Kr.3: Oh iya. Tunggu ya, ibu ambilkan (Ke belakang mengambil segelas air putih).
Ini dek. Silahkan di minum.
Ki.4: Iya bu. Makasih.
Kr.4: Bagaimana kabar bapak sama ibu di rumah?
Ki.5: (Dengan ekspresi yang murung) Bapak sama ibu sehat-sehat saja, bu.
Kr.5: Puji Tuhan. (Hening sejenak)… Tapi, dek Roy kok kelihatan sedih begitu. Ada apa? Ada yang bisa ibu bantu?
Ki.6: Hmm.. Begini, bu (Bingung memikirkan kata-kata). Saya… Saya… Lagi ada masalah, bu. Masalah besar.
Kr.6: Loh… Masalah apa, dek?
Ki.7: Bu, pacar saya hamil. Saya takut ketahuan orang tua saya dan orang tuanya.
Kr.7: Hmm? (Ekspresi kaget). Memangnya dek Roy sudah bawa pacarnya untuk periksa ke dokter?
Ki.8: (Ekspresi ketakutan) Belum sih, bu. Tapi kami sudah coba pake test pack, dan hasinya positif, bu.
Kr.8: Oh. Apakah sudah ada orang lain yang tahu hal ini selain kalian berdua?
Ki.9: Belum ada, bu. Baru ibu yang tahu. 
Kr.9: Hmm… Jadi, sekarang, apa rencana dek Roy sama pacarnya dek Roy?
Ki.10: Saya rencananya (Ragu-ragu untuk berbicara)… Rencananya mau dikasih gugur, bu (Kepala tertunduk)
Kr.10: Loh? Kenapa mau digugurkan?
Ki.11: Saya takut, bu. Takut ketahuan orang tua saya dan orang tuanya. Mereka pasti sangat marah kepada kami karena kami ini masih kuliah. Apalagi orang tua kami itu selalu mendukung kami anak-anaknya untuk fokus belajar dulu.
Kr.11: Oh. Dek Roy belum berani untuk memberitahukan kepada orang tuanya kalian berdua karena mereka mungkin akan kecewa sama kalian. Begitu ya?
Ki.12: Iya, bu. Orang tua kami itu sama dalam hal memberikan pendidikan yang terbaik kepada kami. Mereka juga adalah orang yang selalu bertanggung jawab. Makanya saya tidak ingin membuat mereka kecewa dengan masalah ini.
Kr.12: Oh… Iya… Ibu mengerti (Sambil mengangguk). Apakah dek Roy ada niat untuk bertanggungjawab akan hal ini?
Ki.13: Iya, bu. Ada. Saya memang ingin memberitahukan kepada orang tua kami berdua. Hanya saja saya takut mengecewakan mereka dan membuat mereka marah.
Kr.13: Hmm.. (Diam sejenak)… Apakah menurut dek Roy, menggugurkan kandungan itu adalah jalan terbaik saat ini?
Ki.14: (Berpikir sejenak)… Saya bingung, bu. Saya tahu itu salah dan akibatnya adalah dosa karena saya membunuh nyawa seorang yang tidak tahu apa-apa.
Kr.14: (menganggukkan kepala) Bolehkah ibu katakan kalau dek Roy sebenarnya tidak ingin menggugurkan kandungan pacarnya dek Roy, dan meskipun sulit, dek Roy masih ada niat untuk memberitahukan kepada orang tuanya kalian berdua. Kemudian orang tua kalian adalah orang yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan sehingga mereka selalu mendukung dan memberikan yang terbaik untuk kalian. Namun, dalam hal ini, dek Roy hanya belum berani untuk memberi tahu.
Ki.15: Ya. Benar begitu, bu (Sambil mengangguk).
Kr.15: Menurut dek Roy, apakah akan terjadi sesuatu yang buruk bagi dek Roy dan pacarnya dek Roy, ketika hal ini diberitahukan kepada orang tua kalian?
Ki.16: Untuk saat ini, pasti mereka akan marah dan kecewa sama kami, bu.
Kr.16: Apakah mereka tidak akan membantu dek Roy dan pacarnya dek Roy untuk mencari jalan keluar?
Ki.17: Mereka pasti kecewa sama kami, bu. (Menarik nafas panjang)… Namun mereka itu sangat menyayangi kami. Apalagi bapak saya, bu. Ia selalu melakukan yang terbaik untuk saya (Dengan ekspresi sedih). Saya takut bapak saya tidak lagi mau membantu saya karena ia kecewa sama saya.
Kr.17: Pernahkah dek Roy melihat bapaknya dek Roy mengalami masalah yang besar?
Ki.18: Hmm.. (Berpikir sejenak).. Seingat saya, dulu bapak saya pernah bermasalah dengan teman kerjanya di kantor. Ia difitnah sampai dipecat sama bosnya. Namun ia dipanggil untuk bekerja kembali karena bosnya telah mengetahui masalah yang sebenarnya, dan teman kerjanya yang dipecat.
Kr.18: Apa yang dilakukan bapaknya dek Roy kepada teman kerjanya?
Ki.19: Ia tidak membalas, bu. Ia sudah memaafkan teman kerjanya. Malahan ia meminta kepada bosnya untuk mempekerjakan lagi temannya. (Dengan ekspresi yang bangga)
Kr.19: Nah. Kalau sama temannya, ia bisa memaafkan, apakah sama anaknya ia tidak bisa memberi maaf?
Ki.20: (Menangis)
Kr.20: Kalau ibu perhatikan dari ceritanya dek Roy, bapaknya dek Roy itu orang yang penyayang dan bisa menerima keadaan, sesulit apapun itu. Ia orang yang selalu memandang ke depan dan berpikir positif. Anak-anak ibu juga sering membuat ibu marah, bahkan sangat marah. Namun sebagai orang tua, ibu yang akan meminta maaf karena rasa sayang ibu selaku orang tua akan mengalahkan rasa amarah, dan juga ibu tidak ingin menyakiti hati anak-anak ibu. 
Ki.21: (Kembali menyimak perkataan Kr dengan saksama)
Kr.21: Menurut dek Roy, apakah bapaknya dek Roy sudah tidak mau lagi membantu dek Roy karena kecewa sama dek Roy?
Ki.22: Saya yakin bapak saya pasti kecewa, bu. Tapi ia tidak akan membiarkan saya dalam masalah.
Kr.22: (Sambil tersenyum)… Ibu juga yakin seperti begitu, dek.
Ki.23: Terima kasih banyak ya, bu. Saya akan mencoba berbicara kepada orang tua saya dulu, terutama bapak saya, kemudian saya akan coba berbicara kepada orang tua pacar saya.
Kr.23: Sama-sama, dek Roy. Itu langkah yang baik menurut ibu.
Ki.24: Kalau begitu saya permisi, pulang dulu, bu. Sekali lagi terima kasih. (Sambil berjalan ke luar rumah). Selamat siang, bu.
Kr.24: Iya. Selamat siang. Tuhan berkati.

Liturgi Kreatif

Liturgi Ibadah Hari Minggu
Tema: Hidup berkemenangan di dalam Kristus

Introitus: Musik-musik rohani dimainkan dengan menggunakan alat-alat musik daerah Papua (instrument suling bambu, ukulele dan tambur mengalun lembut, sementara para petugas mempersiapkan diri)

Persiapan: a) Doa di konsistori (para pelayan mempersiapkan diri)
b) Salah seorang majelis memimpin jemaat menyanyikan nyanyian pembuka untuk mengawali ibadah.

Menyanyi PKJ No. 4, “Angkatlah Hatimu Pada Tuhan”
(sambil berdiri, jemaat menyanyi diiringi suling bambu, gitar, stand bass dan tambur serta tari-tarian penyambutan dari salah satu suku di Papua. Kostum penari harus asli dari tiap daerah. Sementara itu para pelayan memasuki ruang ibadah dari pintu depan . Nyanyian tetap dinyanyikan sambil mengiringi prosesi masuk)

Salam dari Majelis dan Penyerahan Alkitab
(setelah nyanyian pembuka selesai, untuk memulai bagian ini, tifa dipukul tiga kali sebagai tanda penyerahan Alkitab dari penatua kepada pendeta. Sementara itu instrument suling bambu mengalun lembut hingga selesai salam presbiter dan penyerahan Alkitab)
L : Bersorak-soraklah hai orang-orang benar dalam Tuhan! Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali. Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru, petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai. (Mzm 33:2-3)
J : Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya. (Mzm 33:21)
L+J : Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami. Amin.



Menyanyi KJ No. 4:1, “Hai Mari Sembah”
(jemaat tetap berdiri. Nyanyian diiringi dengan gitar, stand bass, ukulele dan tambur)

Votum & Salam:
Votum:
P : Ibadah yang kita laksanakan saat ini, boleh jadi dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.
P+J : Amin!

Salam:
P : Salam sejahtera bagi saudara-saudari sekalian!
J : Salam sejahtera bagimu juga!
(jemaat duduk)
Pengakuan Dosa
P: Jemaat, mari merendahkan diri di hadapan Tuhan dan kita mengaku dosa kita dengan sungguh-sungguh. Kita berdoa:
“Bapa kami yang di Sorga, Allah Yang Maha Adil. Kami umatMu yang tak layak, berkumpul di sini dalam namaMu. Dengan sadar, ya Allah, kami mengaku akan segala dosa yang kami lakukan, baik melalui pikiran, perkataan dan perbuatan. Di hadapan-Mu, kami mengaku dosa-dosa yang kami lakukan:

(jemaat mengaku dosanya masing-masing, diiringi instrument suling bambu)

P: Dengarlah akan pengakuan kami, ya Allah. Dengan rendah hati, kami memohon, ampunilah dan sayangilah kami. Amin”

Menyanyi KJ No. 27 : 1 “Meski tak Layak Diriku”
(lagu diiringi dengan suling bambu dan gitar)

Berita Anugerah
(jemaat berdiri)
P : Bagi setiap orang yang mengaku dosanya dengan sungguh-sungguh, selaku hamba Kristus, kami beritakan bahwa pengampunan dosa telah berlaku dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.
J : Syukur kepada Allah.
(jemaat duduk)

Menyanyi PKJ No. 295, “Haleluya, Pujiah Tuhanmu”
(lagu diiringi dengan suling bambu dan tifa)

Mazmur Berbalasan (Mazmur 27:4-6)

Pelayanan Firman

P : Jemaat yang terkasih, pembacaan kita pada hari ini terambil dari kitab II Petrus 1:3-10.
a. Doa oleh pendeta : Ya Allah, kami percaya bahwa Alkitab yang terbuka di hadapan kami ini adalah berisi tentang firman-MU yang kudus, dan kami umat-Mu yang hendak membaca dan merenungkannya adalah manusia yang berdosa dan terbatas. Untuk itu kami mohon Roh Kudus-Mu untuk membuka hati dan pikiran kami agar kami mengerti akan firman-Mu. Amin.
b. Pembacaan Alkitab
P : Yang berbahagia adalah orang yang tidak hanya mendengar, tetapi juga menjadi pelaku firman Tuhan. Amin.
c. Khotbah
(Setelah khotbah, semua ber-saat teduh sejenak untuk merefleksikan firman Tuhan)

Respon Umat
Pengakuan Iman Rasuli
P : Jemaat yang terkasih, mari berdiri, bersama seluruh orang percaya di segala waktu dan tempat, dengan hati dan mulut masing-masing, kita berkata:

(semua mengikrarkan pengakuan iman rasuli secara bersama-sama)

P : Jemaat dipersilahkan untuk duduk kembali.




Pengucapan Syukur
L : Tiba saatnya kita memberikan pengucapan syukur kita kepada Tuhan. Dengarlah firman Tuhan dalam II Korintus 9:7: “Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih atau paksaan.”


Menyanyi KJ No. 292:1-2, “Tabuh Gendang”
(bait 1 dinyanyikan sebelum pundi-pundi dijalankan. Setelah bait 1, instrument suling bambu, gitar, ukulele, stand bass dan tambur dimainkan sambil mengiringi pundi-pundi persembahan dijalankan. Saat instrument mulai dimainkan, para penari masuk dan mengiringi pundi-pundi persembahan ke jalan tengah tempat duduk jemaat. Saat pundi selesai dijalankan, para penari menari sambil mengarak persembahan kembali ke altar. Setelah semua kembali, jemaat menyanyikan bait 2)

Doa Syafaat & Syukur Persembahan
(doa diakhiri dengan doa Bapa kami)

Pengutusan
Menyanyi KJ No. 370:1, “Ku Mau Berjalan Dengan Jurus’lamatku”
(lagu diiringi dengan ukulele, gitar, stand bass dan tambur)

Berkat
P : Jemaat yang terkasih, kembalilah ke dalam hidup dan kehidupanmu sehari-hari, lakukanlah firman yang telah kamu dengar, dan terimalah berkat Tuhan:
“Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera”

(semua menyanyikan “amin, amin, amin” sambil diirigi suling bambu. Setelah itu semua ber-saat teduh sejenak)

Prosesi Keluar
(prosesi penyerahan kembali Alkitab dari pendeta ke majelis hingga prosesi keluar diiringi dengan tifa dan tambur)

Khotbah Lukas 19:1-10

 Dalam pembacaan kita pada ayat 1 menjelaskan bahwa Yesus masuk ke kota Yerikho hanya untuk melintasi. Tidak ada keinginan untuk singgah dan menetap di Yerikho. Perjalanan ini tampknya disengajakan karena tujuan Yesus yang utama di sini adalah menyelamatkan yang hilang. Kota Yerikho pada saat itu adalah pusat perpajakan terbesar di Palestina dan terdapat banyak pemungut cukai di dalamnya, yaitu orang-orang yang pada umumnya dianggap berdosa karena menagih pajak lebih dari yang ditentukan. Ayat 2 menyebutkan siapakah Zakheus itu, yaitu seorang kepala pemungut cukai yang kaya. Dalam bahasa Ibrani, namanya adalah Zakkai, yang berarti orang bersih atau orang suci. Suatu nama yang bagus, namun tidak disetujui oleh orang-orang pada saat itu jika nama ini dikenakan kepada kepala pemungut cukai yang dibenci oleh orang-orang, terutama orang Yahudi. Pemungut cukai adalah jabatan yang sangat dibenci oleh orang Yahudi karena: (1) Pemungut cukai dianggap sebagai penghianat bangsa Yahudi karena bekerja sama dengan penjajah, yaitu Romawi. (2) Pemungut cukai biasanya adalah penipu karena menagih pajak lebih dari yang seharusnya. Dan posisi Zakheus pada saat itu ialah kepala pemungut cukai alias bos, sehingga ia semakin dibenci dengan kekayaannya. Akibat kebencian orang banyak, pemungut cukai biasanya dicaci maki, dikucilkan, tidak dipandang, dan dianggap najis oleh kebanyakan orang. Hal ini membuat kemungkinan terjadinya keterasingan dan kesepian dalam hidup Zakheus.
Saudara, pada saat itu Zakheus mendengar bahwa Yesus, tokoh yang  terkenal itu dengan banyak mujizat-Nya (Luk 18:35-43 = Penyembuhan orang buta dekat Yerikho) akan datang ke kotanya. Hal ini membuat Zakheus penasaran dan ingin sekali melihat Yesus. Namun masalahnya (ayat 3), ia terlalu pendek, dan kalau pun ia berusaha untuk memaksa melihat, ia pasti ditolak oleh banyak orang yang memang sudah membencinya. Namun ia tetap berusaha keras dengan berlari mendahului orang banyak, kemudian memanjat pohon di tempat yang akan dilalui Yesus. Bayangkan seorang bos, yang biasanya duduk menerima hasil pajakan, ia juga seorang kaya, rela dan berusaha keras memanjat pohon. Terlihat jelas bahwa sangat besar keinginannya untuk melihat Yesus. Pada saat Yesus melintas, Ia melihat Zakheus dan menegurnya, lebih dari itu di ayat 5 Yesus katakan: Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku  harus menumpang di rumahmu. Saudara, kalimat ini bukan hanya sekedar kalimat yang menyatakan bahwa Yesus bisa bergaul dengan orang berdosa. Tetapi lebih dari itu, Ia memberitahukan kepada orang banyak tentang tujuan kedatanganNya (menyelamatkan yang hilang) daaaaan secara langsung, kalimat ini menjawab rasa keterasingan, rasa kesepian di dalam jiwa Zakheus. Zakheus pastinya bergembira karena ada orang yang mau bergaul dengannya, apalagi Ia adalah tokoh terkenal, lebih dari itu lagi, Yesus hendak menumpang di rumahnya. Biasanya jika orang hendak menumpang di rumah orang lain, pertanyaannya pasti seperti ini: bolehkah saya menumpang di rumahmu? Tetapi Yesus langsung mengatakan Ia harus menumpang di rumah Zakheus. Sungguh suatu sukacita besar bagi Zakheus, sekaligus keheranan dan pertanyaan yang timbul dalam pikiran orang banyak. Bagi orang Yahudi, ini jelas merupakan suatu pelanggaran besar, karena Zakheus adalah orang berdosa dan tidak layak. Hal ini ditunjukkan oleh sikap  banyak orang yang bersungut-sungut dan mencela tindakan Yesus.
Saudara, Lukas meringkas kisah ini dari perjumpaan Yesus dan Zakheus di pinggir jalan kemudian tiba-tiba, berada pada latar yang berbeda, yaitu rumah Zakheus. Dapat dilihat dari reaksi Zakheus pada ayat 8, yang tiba-tiba berdiri dan mengaku kesalahan atau dosanya, kemudian membuat keputusan atau komitmen untuk berubah, dari yang biasanya hanya menerima hasil pajak menjadi subjek yang memberikan dari kekayaannya. Tidak dijelaskan hal apa yang menyebabkan Zakheus tiba-tiba berdiri dan merubah sikapnya secara total. Namun kemungkinan terbesar dari cerita yang diringkas ini adalah, ketika Yesus datang ke rumah Zakheus untuk makan, di sana Ia pasti berbicara dan mengajarkan banyak hal yang kepada Zakheus. Karena perubahan sikap hidup oleh Zakheus, ia dan anggota keluarganya (seisi rumah) menerima keselamatan langsung oleh Yesus sendiri. Ia berhak disebut sebagai anak Abraham karena ia telah menerima keselamatan.
Perjumpaan Yesus dan Zakheus benar-benar memberikan dampak besar dalam kehidupan Zakheus. Bayangkan jika tidak ada inisatif Allah untuk datang menemui Zakheus orang yang berdosa dan tidak dianggap di masyarakat; hal ini dilengkapi dengan perubahan sikap yang tulus dan total oleh Zakheus. Dengan ini karya keselamatan Allah dapat terjadi dan menjangkau orang yang hilang.
Saudara, Allah telah menunjukkan inisatif-Nya kepada kita melalui karya-Nya di kayu salib. Dengan pengorbanan yang telah Ia lakukan, kita semua diselamatkan oleh dosa-dosa kita. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kita selalu diguncang oleh berbagai macam tantangan yang menjauhkan kita dari Allah dengan tindakan kita yang sering iri hati, benci, tidak memperdulikan lagi sesama kita, apalagi orang-orang di luar. Iman kita digoyahkan oleh perubahan zaman. Tantangan materialisme dan hedonisme yang membuat kita semakin nyaman hidup dengan materi dan menikmatinya. Sikap individual pun semakin kuat. Tidak membutuhkan orang lain karena sudah memiliki segalanya di dalam hidup. Ini realita yang terjadi sekarang.
Saudara, apa yang firman Tuhan kepada kita melalui pembacaan tadi:
Karena kita telah dianugerahkan keselamatan oleh inisiatif Allah, hal ini yang akan kita peringati dalam hari raya paskah, kita dituntut untuk merubah sikap kita yang tidak benar di hadapan Tuhan. Ini adalah tanggung jawab seumur hidup untuk terus berada dalam karya keselamatan Allah.
Oleh anugerah keselamatan Allah itu, kita diberkati untuk menjadi berkat bagi orang lain. Karena kita adalah anak-anak iman dari Abraham yang turut menerima janji berkat dari Allah. Saling memberikan atau berbagi dari apa yang kita miliki sehingga berkat Tuhan terus mengalir bagi semua orang.

Dengan demikian kita semakin memperlengkapi hidup kita dalam menanti kedatangan Kristus terkhususnya dalam minggu-minggu sengsara ini untuk mengenang dan memaknai kematian Yesus di kayu salib. Selamat mempersiapkan diri menyambut hari raya paskah dan selamat berkarya bagi Tuhan dan bagi sesama. Tuhan memberkati kita.

Nilai Teologis Dalam Upacara Seraki Suku Biak

PENDAHULUAN

Suku Biak
Suku Biak merupakan salah satu kelompok masyarakat Papua yang hidup di kabupaten Biak-Numfor. Dalam kesehariannya suku Biak menggunakan bahasa Indonesia dengan banyak dialek yang tersebar di 19 wilayah. Namun, secara prinsip, dialek-dialek yang berbeda itu tidak menghalangi mereka untuk saling mengerti satu sama lain. Suku Biak merupakan suku perantau sejak dahulu. Daerah penyebaran suku Biak sangatlah luas, meliputi pulau Biak, Supiori, Numfor, Padaido, Rani, Insumbabi, Meosbefandi, Doreri, Manokwari, Oransbari, hingga ke Sorong dan pulau-pulau di Raja Ampat.
Orang Biak sejak dahulu menyembah dewa persatuan dan pujaan mereka, yaitu ‘Manarmakeri’. Manarmakeri merupakan suatu panggilan penghinaan untuk orang tua yang bertubuh kudis, borok, dan kotor yang menyebabkan banyak orang jijik kepadanya. Namun Manarmakeri selalu membuat tanda-tanda ajaib seperti menggantikan kulitnya yang berkudis dan borok itu menjadi makanan dan harta kekayaan yang berlimpah. Ia dipuja sebagai juruselamat. Orang Biak sebagian besar telah menganut agama Kristen, tetapi masih banyak memiliki kepercayaan terhadap para roh, yaitu suatu kepercayaan yaang telah terbentuk dari nenek moyang mereka. Mereka percaya akan adanya penguasa yang melebihi kekuatan atau kekuasaaan manusia biasa yang menurut mereka penguasa tersebut mendiami Nanggi (surga) yang berada di Mandep (langit). Selain itu, mereka percaya akan adanya penguasa-penguasa yang mendiami Farsyos (Jagad raya) dan ada juga yang menghuni abyab (gua), karui beba (batu besar), bon bekaki (gunung tinggi), soren (dasar laut), war besyab (sungai), ai beba (pohon besar), dan lain-lainnya.
Penguasa yang mendiami Nanggi merupakan pusat kekuatan atau kekuasaan yang mengatur alam semesta. Penguasa Nanggi (Sang Langit) dikenal dengan sebutan Manggundi (Dia sendiri) . Penguasa-penguasa yang mendiami Farsyos, abyab, karui beba (batu besar), bon bekaki, dan lain-lainnya yang disebutkan di atas adalah bersifat roh (spirit). Roh-roh ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Roh-roh/arwah-arwah nenek moyang dan kerabat mereka yang telah meninggal dunia yang dikenal dengan istilah bahasa Biak yaitu Karwar. Karwar ini mendiami Farsyos (jagad raya), sup/meos aibui (wilayah/tempat atau pulau yang merupakan tempat berkumpulnya arwah-arwah itu) dan juga Amfyanir. Selain itu, roh-roh itu mendiami wilayah-wilayah yang tidak ada penghuninya (sup bebewursba), seperti lautan luas atau hutan-hutan belan-tara.
Kedua, roh-roh halus jin. Roh-roh ini dibagi menjadi tiga, yaitu : (a) roh-roh halus/jin yang mendiami pohon-pohon besar yang dalam istilah bahasa Biak disebut Arbur; (b) roh-roh halus/jin yang mendiami gua, gunung, batu, hutan rimba, sungai disebut  dabyor; dan roh-roh halus /jin yang mendiami laut atau lautan disebut Faknik.
Hal ini menunjukkan bahwa orang Biak percaya adanya makhluk supranatural. Agama tradisional mereka mempunyai hubungan erat dengan mitologi mereka. Tokoh mitologi mereka, yaitu Manarmakeri yang telah pergi ke sebelah barat karena ditolak oleh orang Biak , dan ia akan datang kembali untuk memberikan kebahagian atau kekayaan bagi mereka yang telah lama ditinggalkan. Mereka percaya bahwa Manggundi yang menjelma sebagai manusia biasa, yaitu Manarmakeri yang pernah melakukan karya Koreri di Meokbundi (salah satu pulau di Biak Timur). Ia tidak diterima oleh masyarakatnya (Orang Biak), sehingga ia pergi ke bagian barat yaitu Eropa, dan Ia akan kembali kepada mereka dengan membawa kembali koreri, yaitu dunia Kando Mob Oser, artinya dunia yang tidak ada kesusahan lagi/dunia bahagia.
Upacara Tradisional Suku Biak
Upacara tradisional Biak atau pesta adat Biak disebut Wor atau Munara, yang dilaksanakan untuk melindungi seorang individu yang beralih peran dari satu peran sosial sebelumnya ke peran sosial berikutnya. Orang-orang tua Biak mengatakan:
“Sinan ngobansi si wor be ngo insa ngo bye, ngo kada ngak-wor wer faro mgun ngobesi insa si bye: ngo wor ba ido neri ngo mar”, yang artinya:
“Nenek-moyang kami telah mengadakan upacara-upacara (wor) itu bagi kami agar kami dapat hidup selamat, dan kini kami mengadakan wor itu untuk anak-anak kami, agar mereka memperoleh kesejahteraan, karena tanpa upacara-upacara (wor) kami akan mati. Dengan kesimpulan ini, sudah diperlihatkan betapa pentingnya perayaannya itu. Dengan demikian, maka dalam segala aspek kehidupan sosial suku Biak selalu diwarnai dengan upacara adat. Upacara besar suku Biak ada 28 jenis upacara, dari upacara kehidupan sehari-hari, upacara siklus kehidupan, upacara kepada Penguasa (Manggundi), dan upacara-upacara lainnya. Salah satunya adalah upacara Seraki.
Dalam Wor, telah terbukti bahwa budaya Biak memiliki unsur kesenian yang tinggi seperti seni musik, yang di dalamnya terdapat berbagai macam alat musik seperti tifa dan juga nyanyian-nyanyian yang di dalam Wor ada kurang lebih 18 nyanyian Wor dengan nada pentatonik (6 tangga nada); juga seni ukir yang terdapat pada rumah-rumah atau alat-alat rumah, bahkan dibuat pada tubuh manusia ketika hendak melaksanakan upacara adat; kemudian ada seni kerajinan tangan seperti hiasan dari kulit kerang; ada juga seni tari yang selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, terkhusus dalam upacara-upacara. Selain itu, Wor merupakan unsur penting dalam agama tradisonal mereka. Dengan demikian mempunyai sifat religius cukup tinggi dan penting. Dikatakan sangat penting karena Wor mempunyai fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas orang Biak dan merupakan simbol hubungan mereka dengan Penguasa (Manggundi) dan kerabat-kerabat mereka yang meninggal (arwah-arwah nenek moyang). Ketika mereka tidak melakukan Wor, maka mereka akan mendapat sanksi dari Manggundi atau arwah-arwah nenek moyang mereka.






 PEMBAHASAN

Seraki (Penguburan atau pemakaman di tepi karang)
Sebelum melakukan penguburan di tepi karang, terlebih dahulu akan diadakan upacara adat di rumah orang yang meninggal atau di rumah keluarganya, yang dipimpin oleh Mon (dukun/imam adat). Pada upacara ini ada beberapa nyanyian ratapan dilagukan untuk yang meninggal. Kemudian Mon akan berdoa kepada Penguasa (Manggundi) supaya roh yang meninggal (karwar) selalu menjalin hubungan yang baik dengan semua masyarakat, terkhususnya dengan keluarga yang ditinggal.
Setelah upacara di rumah, mayat akan diarak ke tepi karang untuk dimakamkan di sana. Pada waktu mayat diarak, si duda/janda atau keluarga dari yang telah meninggal akan berjalan langsung di belakang mayat, dan sesudah itu barulah menyusul orang-orang lain. Dalam meletakkan mayat di bawah tepi karang, orang harus memperhitungkan arah matahari terbit dan terbenam yang disebabkan oleh pasang air pada jaman dahulu ketika laut lebih tinggi daripada sekarang. Artinya, dikatakan orang: Kepala harus diarahkan ke jurusan terbenamnya matahari, jadi harus diarahkan ke barat. Oleh karena mayat itu terbaring telentang, maka pada masa keselamatan ia akan hidup lagi, duduk tegak dan melihat terbitnya matahari, atau: Karena matahari yang sedang terbit itu, maka si mati jadi bangkit. Dua bilah papan kecil akan ditancapkan  ke dalam tanah, satu di ujung bagian kaki dan yang lain di ujung bagian kepala: itulah dayung, alat pengayuh untuk si mati saat Manarmakeri datang membawa koreri.
Dahulu sering terjadi bahwa di tempat pemakaman si duda mencukur gundul rambutnya, kemudian rambut itu ditinggalkan di kuburan, di atas karang atau di dalam gua. Di situ juga ia mandi dengan "war-merbak" atau "air berat"; yang dimaksud di sini adalah: air yang berisi hal-hal yang berat, perkabungan itu. Kemudian duda atau janda itu wajib mengenakan kapyopes (cawat). Sekembalinya di rumah, orang yang telah ditinggalkan itu (duda/janda) harus berjalan pelan-pelan, berbicara lembut, karena ia telah kena perkabungan. Kalau yang ditinggal itu berjalan atau berbicara dengan seenaknya saja, maka penduduk kampung, apalagi orang-orang yang serumah dengan orang yang ditinggal itu, menanggung risiko akan jatuh sakit. Orang yang ditinggal itu harus terus berbuat demikian selama berlangsungnya perkabungan.

KESIMPULAN
Pandangan Teologis
Dalam hal kepercayaan kepada Manggundi, suku Biak sebenarnya telah melakukan apa yang diimani iman Kristen, di mana Allah dipercaya sebagai satu-satunnya Allah dan tidak ada lain yang sama seperti Dia. Namun yang masih harus dipikirkan kembali adalah kepercayaan suku Biak terhadap roh-roh nenek moyang mereka yang dapat membawa ketenagan dan hidup yang tenteram di dunia. Hal ini bertentangan dengan iman Kristen yang memandang bahwa satu-satunya pengaharapan, kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di surge adalah oleh Allah yang menciptakan langit dan bumi, atau dari perspektif suku Biak, hanya Manggundi yang dapat memberikan keselamatan, bukan karwar atau roh-roh halus lainnya.
Tidak sepenuhnya kepercayaan suku Biak dapat ditolak karena di dalamnya masih dapat diperhitungkan unnsur-unsur yang sangat teologis. Jika kita cermati kisah dari tokoh besar masyarakat Biak ini, ada persamaan dengan tokoh utama umat Kristen, yaitu Yesus Kristus, yang adalah inkarnasi Allah. Yesus datang ke dunia tetapi Ia ditolak dan disalibkan. Namun umat Kristen percaya bahwa Yesus akan datang kembali ke dunia ini dengan kemuliaan-Nya dan membawa kebahagiaan atau kehidupan yang kekal. Terbukti bahwa suku Biak memiliki kepercayaan yang sangat religius dan teologis, di mana mereka mempercayai adanya kekuatan di luar batas kekuatan manusia dan salah satunya adalah kekuatan dari langit (Yang Tertingi) yang dapat mengalahkan kekuatan-kekuatan atau roh-roh lainnya di dunia. Dalam proses Seraki pun, secara iman Kristen, hal ini sangat teologis di mana umat Kristen pun percaya akan hari kebangkitan di mana semua orang yang telah mati akan dibangkitkan dan bersama-sama berproses menuju keselamatan yang abadi. Dalam tradisi suku Biak, hal ini lebih diwarnai dengan indah karena pada proses pemakamannya ditandai dengan posisi mayat yang diarahkan bagian kepala ke arah barat dan bagian kaki ke arah timur. Dari sinilah pada saat kebangkitan (Manarmakeri datang membawa Koreri) yang di analogikan dengan indah sebagai saat terbitnya matahari maka semua orang akan dibangkitkan kembali.
Melalui budaya ini, gereja dalam misinya memberitakan kabar sukacita kepada semua orang, akan lebih mudah dilakukan kepada masyarakat suku Biak. Gereja dapat mengambil langkah/metode Sintetik, di mana Kristus dipandang sebagai penggenapan kebudayaan. Dalam hal ini ada banyak hal yang bisa diambil dari budaya orang Biak, seperti tokoh Manarmakeri yang kisahnya sama seperti tokoh Yesus Kristus, kemudian prosesi pemakaman di tepi karang yang mempercayai adanya kebangkitan nanti, sama seperti iman Kristen yang mempercayai akan adanya kebangkitan pada akhir zaman.
Pada akhirnya kita harus sadar bahwa injil dan kebudayaan berada dalam realitas plural yang sangat turut menentukan dan membentuk kehidupan manusia. Ini yang mesti diperhitungkan dalam bentuk pemberitaan injil, sebab unsur-unsur kultural dalam berbagai tradisi, agama, kebudayaan dan ideology tidak bebas dari tindakan Allah dalam sejarah manusia. Oleh karena itu injil juga ada dalam hubungan dialogis dengan kebudayaan. Injil tidak adda di luar kehidupan manusia, tetapi ia “ada di antara kamu” dan muncul ke permukaan ketika simpul-simpul kehidupan terbuka karena disentuh oleh nilai-nilai keadilan, kebenaran, kedamaian, kebaikan dan kasih.







Referensi
App, Lamekh, dkk., Budaya Masyarakat Suku Bangsa Biak di Kabupaten Biak Numfor, Jayapura: Departemen Kebudayaan dan Pariwasata, BPSNT, 2005.
Sokoy  Freddy, Hapsari Windy, Identifikasi dan Kajian Organisasi Sosial di Biak Timur, Biak: Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film, 2007.
Kamma, C. F, AJaib di mata kita: Seri I, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981.
Google Search: Upacara Seraki suku Biak.

Pendekatan Sosial dari Imamat 25:23-28

PENDEKATAN SOSIAL
Imamat 25:23-28 (Penebusan Tanah)

Ayat 23: “Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku.”
Ayat 24: “Di seluruh tanah milikmu haruslah kamu memberi hak menebus tanah.”
Ayat 25: “Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga harus menjual sebagian dari miliknya, maka seorang kaumnya yang berhak menebus, yakni kaumnya yang terdekat harus datang dan menebus yang telah dijual saudaranya itu,”
Ayat 26: “Apabila seseorang tidak mempunyai penebus, tetapi kemudian ia mampu, sehingga didapatnya yang perlu untuk menebus miliknya itu,”
Ayat 27: “maka ia harus memasukkan tahun-tahun sesudah penjualannya itu dalam perhitungan, dan kelebihannya haruslah dikembalikannya kepada orang yang membeli dari padanya, supaya ia boleh pulang ke tanah miliknya.”
Ayat 28: “Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk mengembalikannya kepadanya, maka yang telah dijualnya itu tetap ditangan orang yang membeli sampai kepada tahun Yobel; dalam tahun Yobel tanah itu akan bebas, dan orang itu boleh pulang ke tanah miliknya.

Pertama-tama yang ingin dituju dari aturan ini adalah mereka harus menghayati hidup dengan kekudusan dengan mengaku Tuhan sebagai pemilik asli, Sumber kehidupan. Prinsip ini cocok dengan situasi saat itu di mana tanah dimiliki oleh kaum keluarga yang besar. Sedangkan kata mutlak berarti tanpa hak membeli kembali (menebus). Setiap orang Israel harus mempunyai hak menebus tanah dengan maksud supaya tiap suku Israel bisa mempertahankan tanah yang diberikan kepada mereka ketika pertama kali memasuki tanah Kanaan. Konsep menebus ini dikenal sebagai konsep go-el, di mana ditunjukkan rasa solidaritas antar kerabat keluarga. Misalnya untuk membalaskan terbunuhnya seorang kerabat (Bil 35:19-27), untuk mengawini istri saudara laki-lakinya yang telah meninggal sehingga dapat mempertahankan nama garis keturunan keluarga (Rut 3:8-12), untuk menebus anggota keluarga yang dijual sebagai budak karena terlibat hutang (Im 25:48-49), kemudian untuk menebus harta benda yang telah terjual dari saudaranya agar harta benda itu tetap sebagai milik keluarga. Prinsip inilah yang digunakan untuk menebus tanah yang telah dijual oleh salah seorang saudara dari suatu keluarga atau kerabat.
Ketika sesorang menjual tanahnya sebelum bulan ketujuh, maka kelebihan atau nilai panen yang ada di tanahnya haruslah diberikan kepada si pembeli, karena tanah perhitungan tahun ke tahun Yobel dimulai pada bulan ketujuh. Kelebihan dari tanahnya atau hasil panennya itu diberikan kepada si pembeli agar si penjual bisa mendapatkan yang sama pada tahun Yobel, yaitu tahun kelima puluh adalah tahun pembebasan bagi bangsa Israel. Ini dilakukan ketika seseorang tidak dapat menebus tanah miliknya.

Jumat, 08 Mei 2015

Sejarah Gereja di India

PENGANTAR

Sejarah perkembangan dan pertumbuhan gereja di India akan dibahas pada kesempatan kali ini. Kita bersama-sama akan melihat bagaimana dinamika penginjilan Kristen dari zaman Gereja Asia Lama hingga zaman zending Protestan, siapa penginjil pertama pada tiap zamannya, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi serta bagaiman para penginjil mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Usul dan saran sangat diperlukan untuk pengembangan materi ini ke depannya. Semoga materi ini dapat membant kita mengetahui dan memahami sejarah pekabaran Injil dan perkembangan Gereja Asia, khususnya di India.



PEMBAHASAN

1. Sejarah Perkembangan Injil & Pertumbuhan Gereja di India, Pada Zaman Gereja Asia Lama.

Perkembangan Injil hingga Asia Selatan (India) pada zaman Gereja Asia Lama dimulai sejak periode para rasul. Menurut tradisi India, rasul Tomas yang pertama kali memberitakan Injil ke daerah tersebut. Dalam Kisah Rasul Tomas (apokrif) sesudah pentakosta, para rasul membuang undi untuk menentukan daerah-daerah yang akan diinjili oleh mereka masing-masing. Tomas mendapat di India, tetapi ia menolak karena takut. Namun Tuhan membuat ia dijual sebagai budak kepada orang India, sehingga ia terpaksa pergi. Ia pergi ke India melewati jalur laut Asia Selatan, yang pada saat itu adalah jalur perdagangan dan India merupakan salah satu kota persinggahan para pedagang. Sebuah gereja yang didirikan oleh Tomas, yaitu gereja Mar-Toma menyimpan tradisi yang mengatakan bahwa Tomas pernah datang ke Malabar (India Selatan, pantai barat) pada tahun 52 M dan mendirikan tujuh jemaat Kristen di sana.
Masalah-masalah yang dihadapi secara umum adalah:
Bahasa India di Asia Selatan yang tentunya berbeda dengan bahasa yang digunakan Tomas dari Asia Barat.
Kemudian masalah kasta yang sudah ada dan menjadi budaya di India. Hal ini tentunya menyulitkan dalam memberitakan Injil yang menyatakan kesetaraan sesama manusia di hadapan Tuhan. Ini adalah persoalan utama yang terjadi di India yang merintangi penyebaran agama Kristen.
Sudah adanya agama Hindu di India yang lebih dahulu masuk dan mengakomodir sistem kasta di dalam ajaran agama Hindu.
Tomas dalam pengajarannya memberikan bantuan kepada rakyat miskin yang ia peroleh dari hasil bayaran membangun istana raja Gudnaphar. Ia mengajarkan cara hidup yang beraskese kepada masyarakat.


2. Sejarah Pekabaran Injil & Pertumbuhan Gereja di India Pada Zaman Misi Katolik Roma (abad 16-18)

Pekabaran Injil pada zaman ini dimulai dari kerajaan Portugis yang menjajah daerah India (Goa), pantai Barat, pada abad ke-16. Dengan status menjajah, Portugis dalam penyebaran agama Kristen dilakukan dengan cara halus maupun kasar. Pada tahun 1536 Portugis membantu orang-orang Parava untuk menghalau serangan dari pihak Islam. Namun dilakukan dengan imbalan bahwa orang-orang Parava harus menerima baptisan. Tetapi di kemudian hari tidak ada pengajaran dan pembinaan lanjutan dari gereja. Hal ini merupakan akibat dari sistem padroado, di mana raja sebagai “majikan” di atas segalanya, termasuk gereja. 
Setelah tahun 1542, Fransiskus Xaverius tiba di Goa dan mulai melayani dengan metode yang berbeda, di mana ia mempelajari bahasa setempat dan hasilnya ia menerjemahkan empat pernyataan pokok iman Katolik, yaitu Doa Bapa Kami, Pengakuan Rasuli, Kesepuluh Hukum serta Ave Maria. Setelah itu, ia mengumpulkan anak-anak di setiap kampung kemudian mengajarkan keempat pokok iman tersebut sehingga mereka benar-benar menghafalkannya. Beberapa orang dilatih, lalu dipekerjakan sebagai guru katekisasi.
Pada akhir abad ke-16 seluruh kasta nelayan di Parava telah dikumpulkan orang Yesuit mendiami daerah enam belas kampung (klerus pribumi), yang masing-masing mempunyai gereja, sekolah, diatur menurut hukum gereja berdisiplin keras. Masalah terbesar yang dihadapi pada masa ini adalah sistem padroado, sehingga orang-orang yang tidak diangkat oleh negara dalam satu jabatan (mis. Klerus pribumi) tidak diakui oleh negara.


3. Sejarah Pekabaran Injil & Pertumbuhan Gereja di India Pada Zaman Zending Protestan

Sebelum, Inggris (Protestan) menguasai seluruh daerah India, daerah Tranquebar di pantai Tenggara India masih menjadi jajahan Denmark. Pada tahun 1706, Denmark mengutus penginjilnya dari Jerman yang merupakan penganut pietisme/revival, yaitu Bartolomeus Ziegenbalg. Ia memiliki lima asas dalam mengabarkan Injil:
Gereja dan sekolah harus bergandengan tangan.
Alkitab harus diterjemahkan ke dalam bahasa setempat.
Pemberitaan Injil harus didasarkan pada konteks.
Tujuan pekabaran Injil haruslah pertobatan yang sungguh-sungguh dan bersifat pribadi.
Harus dirikan gereja pribumi dengan pelayan pribuminya.
Pada tahun 1793, Baptis Missionary Society mengutus William Carey ke India. Namun ia mengalami kesulitan, yaitu larangan penginjilan oleh perusahaan perdagangan Inggris, East India Company (EIC). Penginjilan dan segala bentuk pelayanan hanya boleh dilakukan kepada kaum Inggris di India. Namun ia tetap melakukan tugas penginjilannya secara tahap demi tahap. Carey memperdalam bahasa setempat (Sanskrit dan Bengali) kemudian mulai menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Bengali. Carey kemudian mengajarkan bahasa Bengali kepada pegawai negeri berkebangsaan Inggris, tenaga East India Company. Ia dibantu oleh dua orang temannya, yaitu Joshua Marshman dan William Ward untuk menerjemahkan seluruh Alkitab ke dalam 6 bahasa daerah dalam 30 tahun. Carey juga menyusun buku tata bahasa Sanskrit, membuat prosa dalam bahasa Bengali sehari-hari, dan menerjemahkan Ramayana ke dalam bahasa Inggris. Ia juga mendirikan sekolah-sekolah. Pada tahun 1819 ia membuka perguruan tinggi di Serampore, yang kemudian menjadi universitas.
William Carey menyesuaikan diri dan pengajarannya terhadap budaya di India. Misalnya orang yang menjadi Kristen tidak diwajibkan menceraikan istri kedua, namun tidak boleh memegang jabatan gereja kecuali kalau mempunyai satu istri saja. Kecuali terhadap masalah pokok yang terjadi, yaitu sistem kasta. Dalam hal ini, Carey sangat tegas menuntut agar orang yang baru percaya harus keluar dari kasta dan sengaja membuat dirinya najis, misalnya menyentuh kulit binatang, sebagai lambang menolak kepercayaan lama. William Carey adalah pelopor gelombang kekristenan di India. Melalui kerja kerasnya, kekristenan di India mulai berkembang dengan pesat dan baik.



KESIMPULAN & SARAN
Dari materi yang telah dipaparkan di atas, meskipun tidak secara rinci, kita dapat melihat bahwa penginjian pada tiap zamannya pasti memiliki masalah tersendiri. Namun dari masalah-masalah tersebut, kita dapat melihat masalah inti/pokok yang sama terjadi pada setiap zaman untuk konteks di India adalah masalah sistem kasta. Masing-masing penginjil memiliki metodenya sendiri untuk menghadapi masalah tersebut. Metode yang baik, yang dapat diterima oleh masyarakat setempat adalah ketika Injil menyesuaikan diri dengan konteks dan budaya setempat. Misalnya, ketika pengajaran dilakukan dengan bahasa dan gaya pengajaran setempat, Alkitab dan nyanyian-nyanyian diterjemahkan ke dalam bahasa daerah setempat. Dengan demikian Injil mudah diterima. Namun dalam kasus-kasus tertentu Injil harus berada di atas kebudayaan. Artinya ketika budaya sudah tidak sesuai bahkan bertentangan dengan Injil, maka harus disikapi dengan tegas. Hal inilah yang dilakukan oleh William Carey dalam metode penginjilan dan pengajarannya. Tidak selamanya budaya harus dihapuskan oleh Injil dan tidak selamanya Injil harus mengikuti dan bersesuaian dengan budaya.
Dewasa ini kita dapat melihat bagaimana penginjilan yang dilakukan oleh denominasi-denominasi gereja pun semakin banyak. Masih banyak pula yang mengadakan penginjilan dengan semangat menambah jumlah jiwa yang diselamatkan. Kita harus sadar bahwa, misi gereja, terutama Protestan mulai abad ke-20 sudah berubah, yaitu dari sebelumnya menyelamatkan jiwa-jiwa yang hilang kepada misi yang baru, yaitu membebaskan yang menderita dan membawa damai sejahtera. Injil yang dibawa dan dihadirkan di tengah-tengah masyarakat pun harus dapat dilihat dengan “kacamata” masyarakat sehingga masyarakat dengan mudah menerima Injil. Para penginjil masa kini pun seharusnya lebih kreatif dalam menyajikan Injil sehingga minat dari masyarakat semakin banyak. Misalnya dengan metode penginjilan yang diawali dengan membangun kesehatan dan pendidikan masyarakat. Metode-metode yang kreatif ini juga dibutuhkan oleh jemaat-jemaat Kristen sekarang sehingga jemaat tidak merasa jenuh dan pada akhirnya meninggalkan gereja. Dengan demikian damai sejahtera terus dihadirkan di tengah-tengah dunia ini.