PENGANTAR
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan gereja di India akan dibahas pada kesempatan kali ini. Kita bersama-sama akan melihat bagaimana dinamika penginjilan Kristen dari zaman Gereja Asia Lama hingga zaman zending Protestan, siapa penginjil pertama pada tiap zamannya, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi serta bagaiman para penginjil mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Usul dan saran sangat diperlukan untuk pengembangan materi ini ke depannya. Semoga materi ini dapat membant kita mengetahui dan memahami sejarah pekabaran Injil dan perkembangan Gereja Asia, khususnya di India.
PEMBAHASAN
1. Sejarah Perkembangan Injil & Pertumbuhan Gereja di India, Pada Zaman Gereja Asia Lama.
Perkembangan Injil hingga Asia Selatan (India) pada zaman Gereja Asia Lama dimulai sejak periode para rasul. Menurut tradisi India, rasul Tomas yang pertama kali memberitakan Injil ke daerah tersebut. Dalam Kisah Rasul Tomas (apokrif) sesudah pentakosta, para rasul membuang undi untuk menentukan daerah-daerah yang akan diinjili oleh mereka masing-masing. Tomas mendapat di India, tetapi ia menolak karena takut. Namun Tuhan membuat ia dijual sebagai budak kepada orang India, sehingga ia terpaksa pergi. Ia pergi ke India melewati jalur laut Asia Selatan, yang pada saat itu adalah jalur perdagangan dan India merupakan salah satu kota persinggahan para pedagang. Sebuah gereja yang didirikan oleh Tomas, yaitu gereja Mar-Toma menyimpan tradisi yang mengatakan bahwa Tomas pernah datang ke Malabar (India Selatan, pantai barat) pada tahun 52 M dan mendirikan tujuh jemaat Kristen di sana.
Masalah-masalah yang dihadapi secara umum adalah:
Bahasa India di Asia Selatan yang tentunya berbeda dengan bahasa yang digunakan Tomas dari Asia Barat.
Kemudian masalah kasta yang sudah ada dan menjadi budaya di India. Hal ini tentunya menyulitkan dalam memberitakan Injil yang menyatakan kesetaraan sesama manusia di hadapan Tuhan. Ini adalah persoalan utama yang terjadi di India yang merintangi penyebaran agama Kristen.
Sudah adanya agama Hindu di India yang lebih dahulu masuk dan mengakomodir sistem kasta di dalam ajaran agama Hindu.
Tomas dalam pengajarannya memberikan bantuan kepada rakyat miskin yang ia peroleh dari hasil bayaran membangun istana raja Gudnaphar. Ia mengajarkan cara hidup yang beraskese kepada masyarakat.
2. Sejarah Pekabaran Injil & Pertumbuhan Gereja di India Pada Zaman Misi Katolik Roma (abad 16-18)
Pekabaran Injil pada zaman ini dimulai dari kerajaan Portugis yang menjajah daerah India (Goa), pantai Barat, pada abad ke-16. Dengan status menjajah, Portugis dalam penyebaran agama Kristen dilakukan dengan cara halus maupun kasar. Pada tahun 1536 Portugis membantu orang-orang Parava untuk menghalau serangan dari pihak Islam. Namun dilakukan dengan imbalan bahwa orang-orang Parava harus menerima baptisan. Tetapi di kemudian hari tidak ada pengajaran dan pembinaan lanjutan dari gereja. Hal ini merupakan akibat dari sistem padroado, di mana raja sebagai “majikan” di atas segalanya, termasuk gereja.
Setelah tahun 1542, Fransiskus Xaverius tiba di Goa dan mulai melayani dengan metode yang berbeda, di mana ia mempelajari bahasa setempat dan hasilnya ia menerjemahkan empat pernyataan pokok iman Katolik, yaitu Doa Bapa Kami, Pengakuan Rasuli, Kesepuluh Hukum serta Ave Maria. Setelah itu, ia mengumpulkan anak-anak di setiap kampung kemudian mengajarkan keempat pokok iman tersebut sehingga mereka benar-benar menghafalkannya. Beberapa orang dilatih, lalu dipekerjakan sebagai guru katekisasi.
Pada akhir abad ke-16 seluruh kasta nelayan di Parava telah dikumpulkan orang Yesuit mendiami daerah enam belas kampung (klerus pribumi), yang masing-masing mempunyai gereja, sekolah, diatur menurut hukum gereja berdisiplin keras. Masalah terbesar yang dihadapi pada masa ini adalah sistem padroado, sehingga orang-orang yang tidak diangkat oleh negara dalam satu jabatan (mis. Klerus pribumi) tidak diakui oleh negara.
3. Sejarah Pekabaran Injil & Pertumbuhan Gereja di India Pada Zaman Zending Protestan
Sebelum, Inggris (Protestan) menguasai seluruh daerah India, daerah Tranquebar di pantai Tenggara India masih menjadi jajahan Denmark. Pada tahun 1706, Denmark mengutus penginjilnya dari Jerman yang merupakan penganut pietisme/revival, yaitu Bartolomeus Ziegenbalg. Ia memiliki lima asas dalam mengabarkan Injil:
Gereja dan sekolah harus bergandengan tangan.
Alkitab harus diterjemahkan ke dalam bahasa setempat.
Pemberitaan Injil harus didasarkan pada konteks.
Tujuan pekabaran Injil haruslah pertobatan yang sungguh-sungguh dan bersifat pribadi.
Harus dirikan gereja pribumi dengan pelayan pribuminya.
Pada tahun 1793, Baptis Missionary Society mengutus William Carey ke India. Namun ia mengalami kesulitan, yaitu larangan penginjilan oleh perusahaan perdagangan Inggris, East India Company (EIC). Penginjilan dan segala bentuk pelayanan hanya boleh dilakukan kepada kaum Inggris di India. Namun ia tetap melakukan tugas penginjilannya secara tahap demi tahap. Carey memperdalam bahasa setempat (Sanskrit dan Bengali) kemudian mulai menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Bengali. Carey kemudian mengajarkan bahasa Bengali kepada pegawai negeri berkebangsaan Inggris, tenaga East India Company. Ia dibantu oleh dua orang temannya, yaitu Joshua Marshman dan William Ward untuk menerjemahkan seluruh Alkitab ke dalam 6 bahasa daerah dalam 30 tahun. Carey juga menyusun buku tata bahasa Sanskrit, membuat prosa dalam bahasa Bengali sehari-hari, dan menerjemahkan Ramayana ke dalam bahasa Inggris. Ia juga mendirikan sekolah-sekolah. Pada tahun 1819 ia membuka perguruan tinggi di Serampore, yang kemudian menjadi universitas.
William Carey menyesuaikan diri dan pengajarannya terhadap budaya di India. Misalnya orang yang menjadi Kristen tidak diwajibkan menceraikan istri kedua, namun tidak boleh memegang jabatan gereja kecuali kalau mempunyai satu istri saja. Kecuali terhadap masalah pokok yang terjadi, yaitu sistem kasta. Dalam hal ini, Carey sangat tegas menuntut agar orang yang baru percaya harus keluar dari kasta dan sengaja membuat dirinya najis, misalnya menyentuh kulit binatang, sebagai lambang menolak kepercayaan lama. William Carey adalah pelopor gelombang kekristenan di India. Melalui kerja kerasnya, kekristenan di India mulai berkembang dengan pesat dan baik.
KESIMPULAN & SARAN
Dari materi yang telah dipaparkan di atas, meskipun tidak secara rinci, kita dapat melihat bahwa penginjian pada tiap zamannya pasti memiliki masalah tersendiri. Namun dari masalah-masalah tersebut, kita dapat melihat masalah inti/pokok yang sama terjadi pada setiap zaman untuk konteks di India adalah masalah sistem kasta. Masing-masing penginjil memiliki metodenya sendiri untuk menghadapi masalah tersebut. Metode yang baik, yang dapat diterima oleh masyarakat setempat adalah ketika Injil menyesuaikan diri dengan konteks dan budaya setempat. Misalnya, ketika pengajaran dilakukan dengan bahasa dan gaya pengajaran setempat, Alkitab dan nyanyian-nyanyian diterjemahkan ke dalam bahasa daerah setempat. Dengan demikian Injil mudah diterima. Namun dalam kasus-kasus tertentu Injil harus berada di atas kebudayaan. Artinya ketika budaya sudah tidak sesuai bahkan bertentangan dengan Injil, maka harus disikapi dengan tegas. Hal inilah yang dilakukan oleh William Carey dalam metode penginjilan dan pengajarannya. Tidak selamanya budaya harus dihapuskan oleh Injil dan tidak selamanya Injil harus mengikuti dan bersesuaian dengan budaya.
Dewasa ini kita dapat melihat bagaimana penginjilan yang dilakukan oleh denominasi-denominasi gereja pun semakin banyak. Masih banyak pula yang mengadakan penginjilan dengan semangat menambah jumlah jiwa yang diselamatkan. Kita harus sadar bahwa, misi gereja, terutama Protestan mulai abad ke-20 sudah berubah, yaitu dari sebelumnya menyelamatkan jiwa-jiwa yang hilang kepada misi yang baru, yaitu membebaskan yang menderita dan membawa damai sejahtera. Injil yang dibawa dan dihadirkan di tengah-tengah masyarakat pun harus dapat dilihat dengan “kacamata” masyarakat sehingga masyarakat dengan mudah menerima Injil. Para penginjil masa kini pun seharusnya lebih kreatif dalam menyajikan Injil sehingga minat dari masyarakat semakin banyak. Misalnya dengan metode penginjilan yang diawali dengan membangun kesehatan dan pendidikan masyarakat. Metode-metode yang kreatif ini juga dibutuhkan oleh jemaat-jemaat Kristen sekarang sehingga jemaat tidak merasa jenuh dan pada akhirnya meninggalkan gereja. Dengan demikian damai sejahtera terus dihadirkan di tengah-tengah dunia ini.
permisi, boleh minta yang lebih rinci?
BalasHapusMaaf, slow respon.
BalasHapusRincinya dpt dibaca di buku-buku sejarah gereja, seperti:
-Sejarah Gereja Asia (DR. Anne Ruck)
-Sejarah Gereja Asia (DR. Th. Van Den End)
syalomm
BalasHapusreferensinya dari yang dua buku itu bg?
Iya. Referensi yg sy pakai dari 2 buku itu.
Hapus