Konseli adalah seorang mahasiswa (laki-laki), yang mengalami masalah, yaitu pacarnya sedang hamil akibat hubungan seksual yang pernah mereka lakukan. Pacarnya adalah sesama teman mahasiswa. Karena itu konseli datang ke rumah konselor (perempuan), yang adalah pendeta jemaat di mana konseli berada. Pertemuan ini berlangsung siang hari di rumah konselor.
Ket: Konselor (Kr); Konseli (Ki)
Ki.1: Selamat siang, bu.
Kr.1: Iya, selamat siang (Sambil membuka pintu). Wah, dek Roy, ibu kira siapa. Mari, masuk. Silahkan duduk.
Ki.2: Iya, bu. Makasih. Ibu lagi sibuk ya?
Kr.2: Tidak, dek. Kebetulan ibu lagi duduk-duduk saja. Oh iya, dek Roy mau minum apa?
Ki.3: Aduh. Maaf merepotkan, bu. Saya minum air putih saja.
Kr.3: Oh iya. Tunggu ya, ibu ambilkan (Ke belakang mengambil segelas air putih).
Ini dek. Silahkan di minum.
Ki.4: Iya bu. Makasih.
Kr.4: Bagaimana kabar bapak sama ibu di rumah?
Ki.5: (Dengan ekspresi yang murung) Bapak sama ibu sehat-sehat saja, bu.
Kr.5: Puji Tuhan. (Hening sejenak)… Tapi, dek Roy kok kelihatan sedih begitu. Ada apa? Ada yang bisa ibu bantu?
Ki.6: Hmm.. Begini, bu (Bingung memikirkan kata-kata). Saya… Saya… Lagi ada masalah, bu. Masalah besar.
Kr.6: Loh… Masalah apa, dek?
Ki.7: Bu, pacar saya hamil. Saya takut ketahuan orang tua saya dan orang tuanya.
Kr.7: Hmm? (Ekspresi kaget). Memangnya dek Roy sudah bawa pacarnya untuk periksa ke dokter?
Ki.8: (Ekspresi ketakutan) Belum sih, bu. Tapi kami sudah coba pake test pack, dan hasinya positif, bu.
Kr.8: Oh. Apakah sudah ada orang lain yang tahu hal ini selain kalian berdua?
Ki.9: Belum ada, bu. Baru ibu yang tahu.
Kr.9: Hmm… Jadi, sekarang, apa rencana dek Roy sama pacarnya dek Roy?
Ki.10: Saya rencananya (Ragu-ragu untuk berbicara)… Rencananya mau dikasih gugur, bu (Kepala tertunduk)
Kr.10: Loh? Kenapa mau digugurkan?
Ki.11: Saya takut, bu. Takut ketahuan orang tua saya dan orang tuanya. Mereka pasti sangat marah kepada kami karena kami ini masih kuliah. Apalagi orang tua kami itu selalu mendukung kami anak-anaknya untuk fokus belajar dulu.
Kr.11: Oh. Dek Roy belum berani untuk memberitahukan kepada orang tuanya kalian berdua karena mereka mungkin akan kecewa sama kalian. Begitu ya?
Ki.12: Iya, bu. Orang tua kami itu sama dalam hal memberikan pendidikan yang terbaik kepada kami. Mereka juga adalah orang yang selalu bertanggung jawab. Makanya saya tidak ingin membuat mereka kecewa dengan masalah ini.
Kr.12: Oh… Iya… Ibu mengerti (Sambil mengangguk). Apakah dek Roy ada niat untuk bertanggungjawab akan hal ini?
Ki.13: Iya, bu. Ada. Saya memang ingin memberitahukan kepada orang tua kami berdua. Hanya saja saya takut mengecewakan mereka dan membuat mereka marah.
Kr.13: Hmm.. (Diam sejenak)… Apakah menurut dek Roy, menggugurkan kandungan itu adalah jalan terbaik saat ini?
Ki.14: (Berpikir sejenak)… Saya bingung, bu. Saya tahu itu salah dan akibatnya adalah dosa karena saya membunuh nyawa seorang yang tidak tahu apa-apa.
Kr.14: (menganggukkan kepala) Bolehkah ibu katakan kalau dek Roy sebenarnya tidak ingin menggugurkan kandungan pacarnya dek Roy, dan meskipun sulit, dek Roy masih ada niat untuk memberitahukan kepada orang tuanya kalian berdua. Kemudian orang tua kalian adalah orang yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan sehingga mereka selalu mendukung dan memberikan yang terbaik untuk kalian. Namun, dalam hal ini, dek Roy hanya belum berani untuk memberi tahu.
Ki.15: Ya. Benar begitu, bu (Sambil mengangguk).
Kr.15: Menurut dek Roy, apakah akan terjadi sesuatu yang buruk bagi dek Roy dan pacarnya dek Roy, ketika hal ini diberitahukan kepada orang tua kalian?
Ki.16: Untuk saat ini, pasti mereka akan marah dan kecewa sama kami, bu.
Kr.16: Apakah mereka tidak akan membantu dek Roy dan pacarnya dek Roy untuk mencari jalan keluar?
Ki.17: Mereka pasti kecewa sama kami, bu. (Menarik nafas panjang)… Namun mereka itu sangat menyayangi kami. Apalagi bapak saya, bu. Ia selalu melakukan yang terbaik untuk saya (Dengan ekspresi sedih). Saya takut bapak saya tidak lagi mau membantu saya karena ia kecewa sama saya.
Kr.17: Pernahkah dek Roy melihat bapaknya dek Roy mengalami masalah yang besar?
Ki.18: Hmm.. (Berpikir sejenak).. Seingat saya, dulu bapak saya pernah bermasalah dengan teman kerjanya di kantor. Ia difitnah sampai dipecat sama bosnya. Namun ia dipanggil untuk bekerja kembali karena bosnya telah mengetahui masalah yang sebenarnya, dan teman kerjanya yang dipecat.
Kr.18: Apa yang dilakukan bapaknya dek Roy kepada teman kerjanya?
Ki.19: Ia tidak membalas, bu. Ia sudah memaafkan teman kerjanya. Malahan ia meminta kepada bosnya untuk mempekerjakan lagi temannya. (Dengan ekspresi yang bangga)
Kr.19: Nah. Kalau sama temannya, ia bisa memaafkan, apakah sama anaknya ia tidak bisa memberi maaf?
Ki.20: (Menangis)
Kr.20: Kalau ibu perhatikan dari ceritanya dek Roy, bapaknya dek Roy itu orang yang penyayang dan bisa menerima keadaan, sesulit apapun itu. Ia orang yang selalu memandang ke depan dan berpikir positif. Anak-anak ibu juga sering membuat ibu marah, bahkan sangat marah. Namun sebagai orang tua, ibu yang akan meminta maaf karena rasa sayang ibu selaku orang tua akan mengalahkan rasa amarah, dan juga ibu tidak ingin menyakiti hati anak-anak ibu.
Ki.21: (Kembali menyimak perkataan Kr dengan saksama)
Kr.21: Menurut dek Roy, apakah bapaknya dek Roy sudah tidak mau lagi membantu dek Roy karena kecewa sama dek Roy?
Ki.22: Saya yakin bapak saya pasti kecewa, bu. Tapi ia tidak akan membiarkan saya dalam masalah.
Kr.22: (Sambil tersenyum)… Ibu juga yakin seperti begitu, dek.
Ki.23: Terima kasih banyak ya, bu. Saya akan mencoba berbicara kepada orang tua saya dulu, terutama bapak saya, kemudian saya akan coba berbicara kepada orang tua pacar saya.
Kr.23: Sama-sama, dek Roy. Itu langkah yang baik menurut ibu.
Ki.24: Kalau begitu saya permisi, pulang dulu, bu. Sekali lagi terima kasih. (Sambil berjalan ke luar rumah). Selamat siang, bu.
Kr.24: Iya. Selamat siang. Tuhan berkati.