Rabu, 16 November 2016

Kajian Teks Yoel 2:12-17

I.       TERJEMAHAN TEKS (YOEL 2:12-17)
Seruan untuk bertobat
12  “Tetapi sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN,
“berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu,
dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.”
13              Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu,
                        berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu,
                                    sebab ia pengasih dan penyayang,
                        panjang sabar dan berlimpah kasih setia,
                                    dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.
14  Siapa tahu mungkin Ia mau berbalik dan menyesal,
                  dan ditinggalkan-Nya berkat,
      Menjadi korban sajian dan korban curahan
                  Bagi TUHAN, Allahmu.
15  Tiuplah sangkakala di Sion,
                  adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya;
16  kumpulkanlah bangsa ini,
                  kuduskanlah jemaah,
      himpunkanlah orang-orang yang tua,
                  kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu;
      baiklah penganten laki-laki keluar dari kamarnya,
                  dan penganten perempuan dari kamar tidurnya;
17  baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN,
                  Menangis di antara balai depan dan mezbah,
      dan berkata: “Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu,
dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka.
                        Mengapa orang berkata di antara bangsa:
                                    Di mana Allah mereka?”
            Teks yang sama, terkhususnya pada ayat ke 13, yang terdapat di pada alkitab Revised Standard Version berbunyi:
                    13             …and rend your hearts and not your garments.”
                        Return to the LORD, your God,
                                    for he is gracious and merciful,
                        slow to anger, and abounding in steadfast love,
                                    and repents of evil.

II.    PENDEKATAN
1.      Prasangka dan Prapaham
A.    Prasangka
Yoel menjelaskan lagi bahwa inti pertobatan tidaklah terletak di dalam upacara lahiriah dan kebiasaan, melainkan di dalam pertobatan hati (13a). Untuk menandakan kedukaan (perkabungan), kebiasaannya ialah untuk merobek atau mengoyakkan pakaian. Bukanlah seluruh pakaian dikoyak, tetapi sebagian kecil saja, supaya nyata keadaan dukacita orang yang berduka ini. Kecenderungan yang terlihat dalam kebiasaan ini menuju kepada perbuatan pura-pura atau kepada suatu pertunjukan tanpa arti yang sungguh-sungguh. Menurut Yoel, kebiasaan untuk merobek pakaian adalah sia-sia saja, jikalau hal itu tidak mencerminkan kehendak hati batin (Mzm 51:19).
Kata pengasih mengandung sifat anugerah, yaitu kasih yang diberikan oleh orang yang lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah dengan cuma-Cuma. Di dalam kata penyayang terdapat unsur rahmat seperti seorang bapak atau ibu memelihara anak-anaknya, yang tiap-tiap saat memerlukan bantuan. Panjang sabar berarti secara harafiah: memperpanjang nafas atau memperpanjang murka di dalam pengertian menahan murka. Melihat dosa-dosa manusia, Allah tidak cepat menjadi marah sehingga sifat-Nya dapat disebut panjang sabar. Kasih setia hanya dapat diartikan dari latar belakang perjanjian. Di dalam perjanjian ada dua pihak, yaitu Allah dan manusia. Dari pihak Allah di dalam perjanjian ini diharapkan kasih setia.
Istilah yang dapat kita lihat dari sisi manusia (bahasa anthromorf) terdapat di dalam kalimat “…dan Ia menyesal karena hukuman-Nya”. Penyesalan Tuhan Allah ditemukan di beberapa tempat di dalam alkitab (2 Sam 24:16; Yer 18:7, 26:3, 42:10; Amos 7:3, 6). Dengan membaca istilah ini kita selalu harus mengingat bahwa Allah diperkenalkan sebagai manusia. Inti pemikirannya bukanlah bahwa Allah seperti manusia yang bergoyang hati dan menyesali suatu keputusan yang telah diambilnya. Jikalau memang seperti begitu, maka Allah tidak dapat dipercaya.
Ungkapan penyesalan Tuhan hendak menyatakan bahwa akhir-akhirnya manusia dapat berseru kepada Tuhan, supaya celaka itu atau yang jahat itu dapat dipalingkan-Nya. “Menyesal” yang menunjuk kepada suatu sifat Allah, hanya dapat dimengerti di dalam suasana rahmat dan kasih setia. Penyesalan Tuhan Allah tidaklah dilakukan-Nya, karena hukuman atau malapetaka yang mengancam Israel adalah terlalu berat dan hebat, melainkan karena pertobatan, dan pertobatan ini hanya dapat diadakan berdasarkan pengetahuan tentang Allah yang menyatakan diri-Nya melalui sifat-sifatNya. Hal ini dapat kita lihat dalam alkitab, yaitu kalimat “Ia menyesal karena hukuman-Nya”, ditunjukkan dalam kalimat yang berbeda pada Revised Standard Version, yaitu “and repents of evil”, yang berarti penyesalan atas kejahatan. Kata kejahatan yang dimaksudkan di sini adalah kejahatan yang dilakukan oleh manusia.
B.     Prapaham
Penulis memilih teks ini, yaitu Yoel 2:12-17, karena ingin mengetahui bagaimana peringatan-peringatan yang diberikan para nabi kepada bangsa Israel untuk bertobat dan berbalik kepada Allah, terkhususnya dalam kitab ini yaitu seruan nabi Yoel kepada umat Israel untuk bertobat sebelum datangnya hari Tuhan, yaitu hukuman yang berat terhadap bangsa Israel yang berujung pada masa pembuangan di Babel. Selain menyerukan pertobatan dengan memberikan gambaran akan betapa dahsyatnya hukuman dan peperangan yang akan mereka alami, nabi Yoel juga memberikan cara-cara pertobatan kepada dan bagi mereka yang bertobat kepada akan diselamatkan dari murka Allah yang sangat dahsyat, juga janji Allah untuk memberkati umat-Nya dan memulihkan kemakmuran-Nya
Dari teks ini, penulis juga ingin mengetahui mengapa seruan pertobatan yang dilantunkan nabi Yoel kepada umat Israel begitu keras dan begitu ekstrim dalam pandangan penulis, serta menggunakan beberapa kalimat pengandaian yang seolah-olah menebak sifat Allah kepada manusia ketika manusia melakukan dosa dan ketika manusia telah bertobat.
Dalam pandangan penulis, seruan yang keras ini dilantunkan nabi Yoel karena sifat bangsa Israel yang tidak teguh hidupnya kepada Tuhan agar bangsa Israel bertobat dengan segala macam cara atau tradisi pertobatan yang ada pada saat itu.
2.      Akulturasi & Inkulturasi
Bagian pertama, yaitu pendahuluan dari kitab Yoel memuat pendahuluan nubuat adalah panggilan yang harus mengajak umat itu untuk mendengarkan cerita selanjutnya. Rumusan ini menuju kepada cara yang biasa dipakai oleh pengajar hikmat atau seorang pengkhotbah (Bnd. Mzm 78:1-4; Ayub 34:2; Hos 5:1). Yoel bermaksud untuk menarik perhatian, karena itu ia mempergunakan suatu cara pengajaran yang biasa digunakan di Israel.
Pemakaian sangkakala, baik yang berhubungan dengan perang maupun yang berhubungan dengan kultus, dapat dikatakan bahwa meniup sangkakala menunjukkan kedatangan Tuhan atau kehadiran Tuhan. Sama juga halnya bilamana sangkakala ditiup untuk memberikan tanda bahwa bahaya mendekat kepada suatu negeri atau kota, dan secara khusus berhubungan dengan hari Tuhan. Seruan ini dibunyikan supaya penduduk siap siaga.
Pengoyakan pakaian. Pada zaman alkitab, untuk membuka atau merobek pakaian di depan umum merupakan sebuah tanda, entah perkabungan atau keputusasaan; contohnya: “Dan berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada segala rakyat yang bersama-sama dengan dia: ‘koyakkanlah pakaianmu dan lilitkanlah pada tubuhmu kain kabung dan merataplah di depan mayat Abner’.” (2 Samuel 3:31; Yer 41:5).
Puasa. Berpuasa dalam Perjanjian Lama dilakukan pada saat-saat meratap, penyesalan, ataupun kebutuhan rohani yang mendalam.
      Semua kebiasaan-kebiasaan dan tradisi Israel dalam teks ini merupakan budaya atau tradisi dari daerah Timur Tengah Kuno, yang dalam konteksnya manusia hidup dalam keadaan yang sulit, dalam hal ini setiap suku bangsa saling berjuang mempertahankan ras dan bangsanya dengan cara apapun. Kemudian harus diingat bahwa masyarakat yang hidup di daerah Timur Tengah kuno secara umum adalah masyarakat nomaden (berpindah-pindah), sehingga untuk berpindah ke suatu tempat mereka harus memperebutkan tempat tersebut, meskipun dengan jalan perang. Dari sinilah sering terjadi pertukaran, percampuran, dan inkulturasi tiap-tiap budaya dari masing-masing suku. Pada teks ini, contohnya seperti hal meniup sangkakala, mengoyakkan pakaian ketika berduka/berkabung, dan berpuasa. Dapat dikatakan bahwa bangsa Israel mengadopsi tradisi-tradisi tersebut dari suku/bangsa yang pernah ditemui mereka.[1]

3.      Kritik Historis
a.       Penempatan kitab Yoel dan tahun pengarangan
Kitab Yoel termasuk kitab keduabelas nabi-nabi besar. Pada umumnya kitab Yoel digolongkan kepada kelompok nabi-nabi tertua berdasarkan. Titik tolak pemikiran penulis ialah bahwa urutan kitab-kitab nabi kecil disusun secara kronologis. Maksudnya ialah bahwa kitab-kitab, yang pendahuluannya memuat keterangan-keterangan tentang waktunya, diatur secara kronologis, seperti Hosea, Amos, Mikha, Zefanya, Hagai dan Zakaria. Tetapi mengenai kitab-kitab lain yang tidak mendapat keterangan waktu di dalam pendahuluan, alasan untuk tempatnya di dalam kanon tidak jelas.
Penulis berpendapat bahwa kitab Yoel dikarang sebelum masa pembuangan dengan alasan kitab ini ditempatkan diantara kitab Hosea dan Mikha yang bernubuat sebelum pembuangan, dalam hal ini penulis lebih memperhatikan “isi” kitab Yoel daripada “tanggalnya”, karena isi kitab Yoel yaitu pemberitahuan tentang hari Tuhan”. Juga dengan alasan bahwa (1) tidak terdapat kiasan terhadap Siria, Asyur, dan orang Babel pada satu pihak, dan rujukan kepada Mesir dan Edom pada lain pihak; (2) tidak ada rujukan kepada raja, sementara tua-tua dan imam-imam merupakan pemimpin-pemimpin utama pada saat itu; (3) posisi imam-imam diakui pada saat tahun-tahun awal pemerintahan Yoas, ketika imam Yoyada menjadi walinya (II Raja-raja 11:21-12:23).
b.      Nabi Yoel
Nama Yoel berarti: “Tuhan (=Yahweh) adalah Allah”. Seperti banyak nama di dalam alkitab, di dalamnya tercantum suatu pengakuan. Orang yang bernama “Tuhan adalah Allah” itu harus membenarkan pengakuan ini di dalam kehidupannya. Di dalam nubuat Yoel, arti nama ini merupakan dasar pemberitahuannya (2:27; 3:17). Pada pendahuluan kitab Yoel, disebutkan bahwa Yoel adalah anak Petuel (1:1), yang berasal dari Yehuda. Hal ini merupakan suatu kenyataan yang dapat disimpulkan dari banyaknya rujukan kepada Sion (2:1, 15, 23; 3:17) dan kepada Yehuda serta Yerusalem (2:32; 3:1, 6, 8, 17-20).[2]
c.       Sastra kitab Yoel
Kitab ini ditulis dalam bentuk puisi Ibrani dengan kiasan yang penuh nilai seni dan hasil pemikiran yang dituangkan dalam perbandingan dan kiasan-kiasan puitis. Pola emosional dan kerusakan yang luar biasa dari suatu negeri yang dibuat gundul oleh tulah belalang tidak membutakan pikiran penulis yang artistic terhadap detail-detail kerusakan dan para perusaknya. Mata puitisnya beralih dari keadaan para pemabuk yang agak lucu dan terhuyung-huyung, yang sekarang telah kehilangan minuman keras mereka yang memabukkan (1:7, 13), kepada penghentian kurban sajian dan kurban curahan yang lebih serius di Bait Allah (1:9). Pandangannya jatuh kepada wajah-wajah yang penuh kesedihan dari orang-orang yang menyaksikan serangan belalang (2:6) dan ternak yang berkeliaran tanpa tujuan yang telah kehilangan gandum makanannya karena tidak ada lagi padang rumput (1:18). Pohon-pohon ara gundul dengan dahan-dahannya yang putih menarik pandangannya (1:7), dan gudang-gudang serta lumbung-lumbung yang kosong berdiri di seluruh negeri (1:17).
Metafora (kiasan) Yoel secara hati-hati dan dengan mewah dihiasi oleh kemampuannya yang deskriptif. Belalang-belalang tersebut adalah suatu bangsa yang menyerbu, “kuat dan tidak terbilang banyaknya.” Mereka mempunyai “gigi bagaikan gigi singa” dan “taringnya bagaikan taring singa betina” (1:6). Ia mengembangkan kiasan perang ini di pasal 2, menggambarkan belalang bagaikan kuda, gerakan mereka bagaikan larinya pasukan berkuda (2:4), suaranya seperti gemuruhnya kereta perang, seperti geletiknya nyala api yang memakan habis jerami (2:5). Belalang itu seperti pahlawan perang, dan seperti prajurit mereka naik tembok (2:7-9). Penghukuman yang akan datang ialah penuaian dan tempat pemeres buah anggur, sementara secara harafiah orang banyak berkumpul di lembah Yosafat pada hari yang gelap itu, tanpa cahaya matahari, bulan dan bintang-bintang, karena saat penentuan yang mengerikan itu (3:14-15).


III.    RELEVANSI TEOLOGIS
Nabi Yoel menyerukan hal pertobatan dengan keras kepada umat Israel agar bertobat sebelum hari Tuhan yang akan menjadi malapetaka bagi mereka yang belum bertobat dan masih melakukan kejahatan. Seruan pertobatan ini bahkan lebih mendalami dan mengkritisi kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan Israel kuno seperti puasa dan prosesi pengoyakan pakaian sebagai tanda berkabung atau peratapan yang sangat mendalam. Yoel menganjurkan cara pertobatan yang lebih keras sebagai bukti bahwa umat benar-benar bertobat dengan kalimat “koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu”. Artinya sebuah pertobatan itu haruslah dengan sungguh-sungguh dari dalam hati batin, melalui sadar akan perbuatan-perbuatan yang selama ini salah di mata Tuhan. Ketika hanya mengoyakan pakaian saja, hal itu tidaklah cukup karena perbuatan luar dapat menipu tetapi ketika dari hati, itulah yang akan muncul keluar melalui perbuatan, artinya segala tingkah laku akan benar-benar bertobat dan berbalik kepada Allah.
Dalam kehidupan saat ini juga kebanyakan manusia yang bertobat, atau lebih khususnya lagi berbuat kebaikan hanya sebatas formalitas saja dan untuk mencari nama di depan banyak orang agar dapat dipuji, seperti dalam hal memberi kolekte dengan jumlah uang yang banyak pada persembahan di gereja atau melalui pengucapan syukur dengan jumlah uang jutaan rupiah karena pemberian mereka akan terpampang pada lampiran warta jemaat. Dengan begitu, banyak orang akan melihat apa yang perbuatan mereka dan secara otomatis mereka akan dipandang sebagai orang yang suka memberi. Namun dalam kenyataan sehari-hari seperti kegiatan-kegiatan di gereja mereka jarang aktif dan berpartisipasi sehingga kebersamaan di dalam Tuhan melalui persekutuan semakin pudar.
Kita selaku umat Kristen yang telah ditebus oleh Yesus Kristus di kayu salib seharusnya dapat menunjukkan sikap kita yang baik, tidak perlu mengikuti tradisi seperti pada kehidupan orang Israel, tetapi Yesus telah menyempurnakan semua kebiasaan, ajaran, dan hukum-hukum tersebut menjadi hukum terbesar yang telah kita kenal, yaitu hukum kasih. Dengan mengasihi Allah dan kemudian mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri kita sendiri, kita telah hidup menurut perintah Yesus Kristus.














Daftar Pustaka
1.      Bullock, Hassel. 2009. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas.
2.      King, Philip J. dan Stager, Lawrence. 2010. Life In Biblical Israel. Jakarta: BPK GM.
3.      Drs. Pilon, P. K. 1974. Tafsiran YOEL. Jakarta: BPK GM.
4.      The Holy Bible Revised Standard Version
5.      Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Sehari-hari (LAI)
6.      Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Baru (LAI)




[1] Philip J. King dkk, Life In Biblical Israel (Jakarta: BPK GM, 2010), hal 34-39.
 [2] Hassel Bullock, Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2009), hal 44-45.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar