I.
TERJEMAHAN
TEKS (YOEL 2:12-17)
Seruan
untuk bertobat
12 “Tetapi sekarang juga,” demikianlah
firman TUHAN,
“berbaliklah kepada-Ku
dengan segenap hatimu,
dengan berpuasa, dengan
menangis dan dengan mengaduh.”
13 Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu,
berbaliklah kepada TUHAN,
Allahmu,
sebab ia pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia,
dan Ia menyesal karena
hukuman-Nya.
14 Siapa tahu mungkin Ia mau berbalik
dan menyesal,
dan
ditinggalkan-Nya berkat,
Menjadi
korban sajian dan korban curahan
Bagi
TUHAN,
Allahmu.
15 Tiuplah sangkakala di Sion,
adakanlah puasa yang kudus,
maklumkanlah perkumpulan raya;
16 kumpulkanlah
bangsa ini,
kuduskanlah
jemaah,
himpunkanlah
orang-orang yang tua,
kumpulkanlah
anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu;
baiklah
penganten laki-laki keluar dari kamarnya,
dan
penganten perempuan dari kamar tidurnya;
17 baiklah para imam, pelayan-pelayan
TUHAN,
Menangis di antara balai depan dan
mezbah,
dan
berkata: “Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu,
dan janganlah biarkan milik-Mu
sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka.
Mengapa orang berkata di
antara bangsa:
Di mana
Allah mereka?”
Teks yang sama, terkhususnya pada
ayat ke 13, yang terdapat di pada alkitab Revised Standard Version berbunyi:
13 …and rend your hearts and not your garments.”
Return to the LORD, your God,
for he is
gracious and merciful,
slow to anger, and
abounding in steadfast love,
and repents
of evil.
II. PENDEKATAN
1.
Prasangka
dan Prapaham
A.
Prasangka
Yoel
menjelaskan lagi bahwa inti pertobatan tidaklah terletak di dalam upacara
lahiriah dan kebiasaan, melainkan di dalam pertobatan hati (13a). Untuk
menandakan kedukaan (perkabungan), kebiasaannya ialah untuk merobek atau
mengoyakkan pakaian. Bukanlah seluruh pakaian dikoyak, tetapi sebagian kecil
saja, supaya nyata keadaan dukacita orang yang berduka ini. Kecenderungan yang
terlihat dalam kebiasaan ini menuju kepada perbuatan pura-pura atau kepada
suatu pertunjukan tanpa arti yang sungguh-sungguh. Menurut Yoel, kebiasaan
untuk merobek pakaian adalah sia-sia saja, jikalau hal itu tidak mencerminkan
kehendak hati batin (Mzm 51:19).
Kata pengasih mengandung sifat anugerah, yaitu kasih yang diberikan oleh
orang yang lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah dengan cuma-Cuma. Di
dalam kata penyayang terdapat unsur
rahmat seperti seorang bapak atau ibu memelihara anak-anaknya, yang tiap-tiap
saat memerlukan bantuan. Panjang sabar
berarti secara harafiah: memperpanjang nafas atau memperpanjang murka di dalam
pengertian menahan murka. Melihat
dosa-dosa manusia, Allah tidak cepat menjadi marah sehingga sifat-Nya dapat
disebut panjang sabar. Kasih setia hanya
dapat diartikan dari latar belakang perjanjian. Di dalam perjanjian ada dua
pihak, yaitu Allah dan manusia. Dari pihak Allah di dalam perjanjian ini
diharapkan kasih setia.
Istilah yang
dapat kita lihat dari sisi manusia (bahasa anthromorf) terdapat di dalam
kalimat “…dan Ia menyesal karena
hukuman-Nya”. Penyesalan Tuhan Allah ditemukan di beberapa tempat di dalam
alkitab (2 Sam 24:16; Yer 18:7, 26:3, 42:10; Amos 7:3, 6). Dengan membaca
istilah ini kita selalu harus mengingat bahwa Allah diperkenalkan sebagai
manusia. Inti pemikirannya bukanlah bahwa Allah seperti manusia yang bergoyang
hati dan menyesali suatu keputusan yang telah diambilnya. Jikalau memang
seperti begitu, maka Allah tidak dapat dipercaya.
Ungkapan penyesalan Tuhan hendak
menyatakan bahwa akhir-akhirnya manusia dapat berseru kepada Tuhan, supaya
celaka itu atau yang jahat itu dapat dipalingkan-Nya. “Menyesal” yang menunjuk
kepada suatu sifat Allah, hanya dapat dimengerti di dalam suasana rahmat dan
kasih setia. Penyesalan Tuhan Allah tidaklah dilakukan-Nya, karena hukuman atau
malapetaka yang mengancam Israel adalah terlalu berat dan hebat, melainkan
karena pertobatan, dan pertobatan ini hanya dapat diadakan berdasarkan
pengetahuan tentang Allah yang menyatakan diri-Nya melalui sifat-sifatNya. Hal
ini dapat kita lihat dalam alkitab, yaitu kalimat “Ia menyesal karena hukuman-Nya”, ditunjukkan dalam kalimat yang
berbeda pada Revised Standard Version, yaitu “and repents of evil”, yang
berarti penyesalan atas kejahatan. Kata kejahatan yang dimaksudkan di sini
adalah kejahatan yang dilakukan oleh manusia.
B.
Prapaham
Penulis memilih teks ini, yaitu Yoel
2:12-17, karena ingin mengetahui bagaimana peringatan-peringatan yang diberikan
para nabi kepada bangsa Israel untuk bertobat dan berbalik kepada Allah,
terkhususnya dalam kitab ini yaitu seruan nabi Yoel kepada umat Israel untuk
bertobat sebelum datangnya hari Tuhan, yaitu hukuman yang berat terhadap bangsa
Israel yang berujung pada masa pembuangan di Babel. Selain menyerukan
pertobatan dengan memberikan gambaran akan betapa dahsyatnya hukuman dan
peperangan yang akan mereka alami, nabi Yoel juga memberikan cara-cara
pertobatan kepada dan bagi mereka yang bertobat kepada akan diselamatkan dari
murka Allah yang sangat dahsyat, juga janji Allah untuk memberkati umat-Nya dan
memulihkan kemakmuran-Nya
Dari teks ini, penulis juga ingin
mengetahui mengapa seruan pertobatan yang dilantunkan nabi Yoel kepada umat
Israel begitu keras dan begitu ekstrim dalam pandangan penulis, serta
menggunakan beberapa kalimat pengandaian yang seolah-olah menebak sifat Allah
kepada manusia ketika manusia melakukan dosa dan ketika manusia telah bertobat.
Dalam pandangan penulis, seruan yang
keras ini dilantunkan nabi Yoel karena sifat bangsa Israel yang tidak teguh
hidupnya kepada Tuhan agar bangsa Israel bertobat dengan segala macam cara atau
tradisi pertobatan yang ada pada saat itu.
2.
Akulturasi
& Inkulturasi
Bagian
pertama, yaitu pendahuluan dari kitab Yoel memuat pendahuluan nubuat adalah
panggilan yang harus mengajak umat itu untuk mendengarkan cerita selanjutnya.
Rumusan ini menuju kepada cara yang biasa dipakai oleh pengajar hikmat atau
seorang pengkhotbah (Bnd. Mzm 78:1-4; Ayub 34:2; Hos 5:1). Yoel bermaksud untuk
menarik perhatian, karena itu ia mempergunakan suatu cara pengajaran yang biasa
digunakan di Israel.
Pemakaian
sangkakala, baik yang berhubungan dengan perang maupun yang berhubungan dengan
kultus, dapat dikatakan bahwa meniup sangkakala menunjukkan kedatangan Tuhan
atau kehadiran Tuhan. Sama juga halnya bilamana sangkakala ditiup untuk
memberikan tanda bahwa bahaya mendekat kepada suatu negeri atau kota, dan
secara khusus berhubungan dengan hari Tuhan. Seruan ini dibunyikan supaya
penduduk siap siaga.
Pengoyakan
pakaian. Pada zaman alkitab, untuk membuka atau merobek pakaian di depan umum
merupakan sebuah tanda, entah perkabungan atau keputusasaan; contohnya: “Dan
berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada segala rakyat yang bersama-sama dengan
dia: ‘koyakkanlah pakaianmu dan lilitkanlah pada tubuhmu kain kabung dan
merataplah di depan mayat Abner’.” (2 Samuel 3:31; Yer 41:5).
Puasa.
Berpuasa dalam Perjanjian Lama dilakukan pada saat-saat meratap, penyesalan,
ataupun kebutuhan rohani yang mendalam.
Semua
kebiasaan-kebiasaan dan tradisi Israel dalam teks ini merupakan budaya atau
tradisi dari daerah Timur Tengah Kuno, yang dalam konteksnya manusia hidup
dalam keadaan yang sulit, dalam hal ini setiap suku bangsa saling berjuang
mempertahankan ras dan bangsanya dengan cara apapun. Kemudian harus diingat
bahwa masyarakat yang hidup di daerah Timur Tengah kuno secara umum adalah
masyarakat nomaden (berpindah-pindah), sehingga untuk berpindah ke suatu tempat
mereka harus memperebutkan tempat tersebut, meskipun dengan jalan perang. Dari
sinilah sering terjadi pertukaran, percampuran, dan inkulturasi tiap-tiap
budaya dari masing-masing suku. Pada teks ini, contohnya seperti hal meniup
sangkakala, mengoyakkan pakaian ketika berduka/berkabung, dan berpuasa. Dapat
dikatakan bahwa bangsa Israel mengadopsi tradisi-tradisi tersebut dari
suku/bangsa yang pernah ditemui mereka.[1]
3.
Kritik
Historis
a.
Penempatan kitab Yoel dan tahun
pengarangan
Kitab Yoel termasuk kitab keduabelas
nabi-nabi besar. Pada umumnya kitab Yoel digolongkan kepada kelompok nabi-nabi
tertua berdasarkan. Titik tolak pemikiran penulis ialah bahwa urutan
kitab-kitab nabi kecil disusun secara kronologis. Maksudnya ialah bahwa
kitab-kitab, yang pendahuluannya memuat keterangan-keterangan tentang waktunya,
diatur secara kronologis, seperti Hosea, Amos, Mikha, Zefanya, Hagai dan
Zakaria. Tetapi mengenai kitab-kitab lain yang tidak mendapat keterangan waktu
di dalam pendahuluan, alasan untuk tempatnya di dalam kanon tidak jelas.
Penulis berpendapat bahwa kitab Yoel
dikarang sebelum masa pembuangan dengan alasan kitab ini ditempatkan diantara
kitab Hosea dan Mikha yang bernubuat sebelum pembuangan, dalam hal ini penulis
lebih memperhatikan “isi” kitab Yoel daripada “tanggalnya”, karena isi kitab
Yoel yaitu pemberitahuan tentang hari Tuhan”. Juga dengan alasan bahwa (1)
tidak terdapat kiasan terhadap Siria, Asyur, dan orang Babel pada satu pihak,
dan rujukan kepada Mesir dan Edom pada lain pihak; (2) tidak ada rujukan kepada
raja, sementara tua-tua dan imam-imam merupakan pemimpin-pemimpin utama pada
saat itu; (3) posisi imam-imam diakui pada saat tahun-tahun awal pemerintahan
Yoas, ketika imam Yoyada menjadi walinya (II Raja-raja 11:21-12:23).
b. Nabi
Yoel
Nama Yoel berarti: “Tuhan (=Yahweh)
adalah Allah”. Seperti banyak nama di dalam alkitab, di dalamnya tercantum
suatu pengakuan. Orang yang bernama “Tuhan adalah Allah” itu harus membenarkan
pengakuan ini di dalam kehidupannya. Di dalam nubuat Yoel, arti nama ini
merupakan dasar pemberitahuannya (2:27; 3:17). Pada pendahuluan kitab Yoel,
disebutkan bahwa Yoel adalah anak Petuel (1:1), yang berasal dari Yehuda. Hal
ini merupakan suatu kenyataan yang dapat disimpulkan dari banyaknya rujukan
kepada Sion (2:1, 15, 23; 3:17) dan kepada Yehuda serta Yerusalem (2:32; 3:1,
6, 8, 17-20).[2]
c. Sastra
kitab Yoel
Kitab ini ditulis dalam bentuk puisi
Ibrani dengan kiasan yang penuh nilai seni dan hasil pemikiran yang dituangkan
dalam perbandingan dan kiasan-kiasan puitis. Pola emosional dan kerusakan yang
luar biasa dari suatu negeri yang dibuat gundul oleh tulah belalang tidak
membutakan pikiran penulis yang artistic terhadap detail-detail kerusakan dan
para perusaknya. Mata puitisnya beralih dari keadaan para pemabuk yang agak lucu
dan terhuyung-huyung, yang sekarang telah kehilangan minuman keras mereka yang
memabukkan (1:7, 13), kepada penghentian kurban sajian dan kurban curahan yang
lebih serius di Bait Allah (1:9). Pandangannya jatuh kepada wajah-wajah yang
penuh kesedihan dari orang-orang yang menyaksikan serangan belalang (2:6) dan
ternak yang berkeliaran tanpa tujuan yang telah kehilangan gandum makanannya
karena tidak ada lagi padang rumput (1:18). Pohon-pohon ara gundul dengan
dahan-dahannya yang putih menarik pandangannya (1:7), dan gudang-gudang serta
lumbung-lumbung yang kosong berdiri di seluruh negeri (1:17).
Metafora (kiasan) Yoel secara hati-hati
dan dengan mewah dihiasi oleh kemampuannya yang deskriptif. Belalang-belalang
tersebut adalah suatu bangsa yang menyerbu, “kuat dan tidak terbilang
banyaknya.” Mereka mempunyai “gigi bagaikan gigi singa” dan “taringnya bagaikan
taring singa betina” (1:6). Ia mengembangkan kiasan perang ini di pasal 2,
menggambarkan belalang bagaikan kuda, gerakan mereka bagaikan larinya pasukan
berkuda (2:4), suaranya seperti gemuruhnya kereta perang, seperti geletiknya
nyala api yang memakan habis jerami (2:5). Belalang itu seperti pahlawan
perang, dan seperti prajurit mereka naik tembok (2:7-9). Penghukuman yang akan
datang ialah penuaian dan tempat pemeres buah anggur, sementara secara harafiah
orang banyak berkumpul di lembah Yosafat pada hari yang gelap itu, tanpa cahaya
matahari, bulan dan bintang-bintang, karena saat penentuan yang mengerikan itu
(3:14-15).
III. RELEVANSI TEOLOGIS
Nabi
Yoel menyerukan hal pertobatan dengan keras kepada umat Israel agar bertobat
sebelum hari Tuhan yang akan menjadi malapetaka bagi mereka yang belum bertobat
dan masih melakukan kejahatan. Seruan pertobatan ini bahkan lebih mendalami dan
mengkritisi kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan Israel kuno seperti puasa dan
prosesi pengoyakan pakaian sebagai tanda berkabung atau peratapan yang sangat
mendalam. Yoel menganjurkan cara pertobatan yang lebih keras sebagai bukti
bahwa umat benar-benar bertobat dengan kalimat “koyakkanlah hatimu dan jangan
pakaianmu”. Artinya sebuah pertobatan itu haruslah dengan sungguh-sungguh dari
dalam hati batin, melalui sadar akan perbuatan-perbuatan yang selama ini salah
di mata Tuhan. Ketika hanya mengoyakan pakaian saja, hal itu tidaklah cukup
karena perbuatan luar dapat menipu tetapi ketika dari hati, itulah yang akan
muncul keluar melalui perbuatan, artinya segala tingkah laku akan benar-benar
bertobat dan berbalik kepada Allah.
Dalam
kehidupan saat ini juga kebanyakan manusia yang bertobat, atau lebih khususnya
lagi berbuat kebaikan hanya sebatas formalitas saja dan untuk mencari nama di
depan banyak orang agar dapat dipuji, seperti dalam hal memberi kolekte dengan
jumlah uang yang banyak pada persembahan di gereja atau melalui pengucapan
syukur dengan jumlah uang jutaan rupiah karena pemberian mereka akan terpampang
pada lampiran warta jemaat. Dengan begitu, banyak orang akan melihat apa yang
perbuatan mereka dan secara otomatis mereka akan dipandang sebagai orang yang
suka memberi. Namun dalam kenyataan sehari-hari seperti kegiatan-kegiatan di
gereja mereka jarang aktif dan berpartisipasi sehingga kebersamaan di dalam
Tuhan melalui persekutuan semakin pudar.
Kita selaku umat
Kristen yang telah ditebus oleh Yesus Kristus di kayu salib seharusnya dapat
menunjukkan sikap kita yang baik, tidak perlu mengikuti tradisi seperti pada
kehidupan orang Israel, tetapi Yesus telah menyempurnakan semua kebiasaan,
ajaran, dan hukum-hukum tersebut menjadi hukum terbesar yang telah kita kenal,
yaitu hukum kasih. Dengan mengasihi Allah dan kemudian mengasihi sesama manusia
seperti kita mengasihi diri kita sendiri, kita telah hidup menurut perintah
Yesus Kristus.
Daftar
Pustaka
1. Bullock,
Hassel. 2009. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas.
2. King,
Philip J. dan Stager, Lawrence. 2010. Life In Biblical Israel. Jakarta: BPK GM.
3. Drs.
Pilon, P. K. 1974. Tafsiran YOEL. Jakarta: BPK GM.
4. The
Holy Bible Revised Standard Version
5. Alkitab
Bahasa Indonesia Terjemahan Sehari-hari (LAI)
6. Alkitab
Bahasa Indonesia Terjemahan Baru (LAI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar