Saudari/I
yg terkasih dlm Kristus,
Kita
mungkin sudah sering membaca dan mendengarkan kisah ini, baik pada masa sekolah
minggu dulu, maupun pada khotbah-khotbah. Jika kita membaca teks ini, secara langsung
kita berpikir bahwa pembacaan ini berbicara mengenai jabatan atau status.
Berbicara tentang jabatan, dari dulu sampai sekarang manusia selalu
memperebutkan jabatan (raja, presiden, gubernur, anggota DPR, dll). Dalam hal memperebutkan
jabatan, tidak jarang orang saling menjatuhkan, saling fitnah dan bisa berujung
pertengkaran. Bukan hanya jabatan suatu struktur tetapi juga status dalam
lingkup masyarakat (contoh orang yang ingin dipandang dalam suatu kelompok masyarakat). Jabatan bukan berarti
sesuatu yang jahat atau buruk. Hanya saja proses memperoleh jabatan atau status
atau martabat itu yang perlu dilihat, apa caranya baik atau tidak baik. Di
dalam pembacaan kita, Yesus menjelaskan
tentang bagaimana sikap pengikut Yesus yang seharusnya. Mari kita lihat
bersama-sama.
Sdara/I
yang terkasih dalam Kristus,
Pengajaran
Yesus dimulai ketika ada pertengkaran di antara para murid mengenai status
mereka, siapa yang terbesar. Mengapa para murid berpikir demikian? (*) dalam
pembacaan sebelumnya, bisa kita lihat bahwa murid-murid Yesus masih belum juga
mengerti tentang jabatan Yesus ketika berada di dunia ini. Mereka masih
dipengaruhi pemikiran bangsa Israel dari dulu, bahwa Mesias yang akan datang
itu sebagai Raja yang besar dan semua pemerintahan akan tunduk kepadaNya. Namun
jabatan itu dipandang sebagai jabatan seorang raja atau Mesias di dunia saja. Hal
ini diketahui oleh Yesus sehingga Ia mengambil seorang anak dan menempatkannya
berdiri di sampingNya. Mengapa Yesus mengambil contoh seorang anak?
(1)
Seorang anak bukan saja karena sifatnya
yang polos, jujur dan tulus, tetapi seorang anak memiliki sifat ketergantungan
kepada orang dewasa (tua). Mereka jarang mengandalkan kemampuan mereka sendiri.
Seorang anak (paidion = anak kecil/anak-anak, bukan teknon = anak pada umumnya)
pasti menaruh kepercayaan pada orang tua yang mendidik dan membesarkannya. Anak
kecil akan selalu meniru, menuruti dan melakukan apa yang disuruh oleh orang
yang lebih tua.
(2)
Terkait dengan tujuan penulisan kitab Lukas, yaitu keselamatan Allah ditujukan
bukan hanya kepada orang Yahudi, tetapi kepada semua orang, dengan penekanan
orang yang sakit, orang miskin serta orang yang dianggap rendah di dalam masyarakat.
Dengan demikian, Yesus memilih seorang anak kecil untuk mengajar, sekaligus
mengangkat martabat orang yang tidak memiliki peranan penting dalam kehidupan
sosial (contoh Yusuf dan Daud = yang masih muda dianggap rendah). Bayangkan para
murid berdebat tentang status mereka (dalam situasi itu, mungkin gambarannya
mereka adalah calon-calon kandidat wakil dari guru mereka ya), kemudian yang dijadikan teladan adalah hanya
seorang anak, yang tidak dianggap, bukan calon kandidat dari para murid. Ini suatu kejutan bagi mereka
Kemudian,
yang menjadi penekanan dalam pembacaan kita, sdara/I, ayat 48 (dibacakan)….
Pengajaran ini dimaksudkan kepada murid-murid Yesus untuk datang mencari dan
menyambut orang yang dianggap belum bisa apa-apa, orang yang tidak dianggap dalam
masyarakat. Itu sikap hidup pengikut Kristus, melayani mereka yang membutuhkan.
Dengan demikian pada murid melayani dan menyambut Kristus dalam hidupnya. Pada
kalimat terakhir, dikatakan…(Dibacakan). Ini juga adalah sikap hidup pengikut Kristus.
Merendahkan diri dan bergantung kepada Yang Maha Kuasa, seperti sikap anak
kecil yang masih menggantungkan hidupnya pada orang dewasa.
Sdara/I
yang terkasih dalam Kristus,
Begitu
pula Firman Tuhan bagi kita pada saat ini,
1.
Melayani orang yang membutuhkan. Menyambut mereka seperti seorang anak kecil
yang akan selalu diberi pengajaran dan pelayanan. Coba refleksikan diri kita melalui Firman
Tuhan ini. Berikan pelayanan dan pengajaran kepada sesama kita, seperti kita
melayani Tuhan.
2.
Mari rendahkan diri untuk saling mengisi satu sama lain seperti seorang anak
kecil. Bukan menjadi anak kecil, namun memiliki sifat polos, jujur, terbuka
sebagai kesiapan untuk belajar, diberi arahan, dinasihati, saling membangun
dalam persekutuan kita, sehingga hidup kita selalu diberkati Tuhan.
Terpujilah
Kristus, Amin.