Seorang bapak membawa anaknya ke sebuah lembah. “Nak, coba
kamu teriakkan sebuah kata,” ujarnya. “Untuk apa, Pak?” tanya sang anak. “Coba
saja,” kata bapak itu lagi. Sang anak menurut. Ia beranjak ke ujung lembah.
Anak itupun berteriak “Hai!”. Sejenak sepi dan tidak terdengar balasan
apa-apa. Tetapi tidak lama kemudian terdengar suara gema dari arah lembah,
“Hai … hai … hai … ” Begitu pula dengan setiap
kata yang diteriakkannya setelah itu. Kembali dengan kata yang sama. Bapak itu
pun membukakan hikmah yang hendak ia ajarkan. “Nak, seperti itulah hidup kita.
Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai,” katanya.
Saudara/I, bacaan hari
ini mencatat kejadian yang membuktikan tentang hukum tabur tuai tersebut. Kisah
ini harus di runtut dari permulaan untuk dapat mengerti kisah seutuhnya dari
bacaan kita. Kisah ini sebaiknya di mulai dari pasal 4 kitab Ester, yakni
Setelah peristiwa berhasilnya Mordekhai menggagalkan rencana pembunuhan raja
Ahasyweros. Muncul masalah baru muncul bagi Mordekhai ketika ia bertemu dengan
Haman, pejabat tinggi raja. Haman adalah keturunan bangsa Amalek dan musuh
orang Yahudi (Keluaran 17:14-16; Ulangan 25:17-19). Sedangkan Mordekhai adalah
adalah keturunan raja Saul, raja pertama Israel yang mengalahkan orang Amalek
(1 Samuel 15:1-33).
Haman menetapkan agar
semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada
Haman, sesuai dengan perintah raja. Namun Mordekhai yang juga adalah
pejabat istana raja, tidak mau melaksanakan perintah untuk berlutut dan
bersujud kepada Haman. Mendengar laporan tersebut panaslah hati Haman (Ester
3). Sebenarnya Mordekhai menolak perintah tersebut, bukan karena ia tidak
menghormati kedudukan dan jabatan Haman. Namun karena Mordekhai hanya boleh
sujud dan menyembah Tuhan Allah yang ia sembah.
Karena kecewa atas
sikap Mordekhai. Maka secara terus menerus Haman merancang muslihat, untuk
memusnahkaan kaum Yahudi di kerajaan Ahasyweros dengan merekayasa suatu fakta
tentang kaum Yahudi yang sangat dikenal dengan fanatisme mereka terhadap Tuhan
Allah yang mereka sembah (Ester 3). Maka Haman menghadap raja Ahayweros
untuk menghasut raja agar kaum Yahudi dimusnahkan dari kerajaan Ahasyweros.
Saudara/I, Muslihat
jahat Haman tidaklah berjalan mulus, karena Mordekhai dan ratu Ester tidak
tinggal diam untuk menolong kaumnya dari niat jahat Haman. Dengan kerendahan
hati dan dengan kelemahlembutannya, ratu Ester memohon kepada raja agar
mempertimbangkan kembali keputusannya untuk memusnahkan kaumnya dari kerajaan
Ahasyweros. Atas permohonan ratu Ester tersebut raja Ahasyweros menanyakan
kepada ratu Ester, siapakah sebenarnya yang menjadi otak dari muslihat
tersebut. Dengan berani Ester mengatakan bahwa Hamanlah yang merancangnya
(pasal 7 ayat 6). Mendengar perihal tersebut, takutlah Haman sehingga ia
menghadap sang ratu, berlutut pada katil tempat ratu Ester berbaring. Haman
memohon kepada ratu Ester agar ia dimaaafkan. Ketika raja kembali dari taman
istana, ia melihat pemandangan tersebut tidak pantas dilakukan oleh seorang pejabat
istana terhadap sang ratu (ayat 8). Maka raja menitahkan agar Haman dihukum
mati.
Haman kena batunya.
Sehari sebelumnya dia telah mendampingi seorang Yahudi mengadakan pawai
kemenangan di sepanjang jalan-jalan kota itu, sekarang ia mengemis kepada seorang
perempuan Yahudi untuk menyelamatkan nyawanya! Para sida-sida tampaknya telah
melaporkan sejumlah kejahatan yang dilakukan oleh Haman agar sesuai dengan
amarah raja kepadanya, dan mengakhiri laporan tersebut dengan menunjuk pada
tiang setinggi tujuh puluh lima kaki yang ada di halaman rumah Haman
yang kelihatan dengan jelas dari istana. Dengan mengikuti saran dari para
penasihatnya, seperti biasa, raja memerintahkan untuk menggantung Haman di
tiang yang telah dibangun sendiri olehnya.
Saudara/I, Perjuangan
Mordekhai dan ratu Ester mempertahankan dan menjaga keutuhan kehidupan kaum
Yahudi di kerajaan Ahasyweros tidaklah sia-sia, meskipun dalam sekian waktu
lamanya Mordehkai dan ratu Ester harus merahasiakan identitas mereka. Namun
tindakan tersebut adalah suatu perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa untuk
keselamatan kaumnya.
Sikap yang rendah hati
dan sikap hormat yang diwariskan Mordekhai kepada ratu Ester menjadikan ratu
Ester gigih memperjuangkan keselamatan kaumnya dari niat jahat Haman. Ratu Ester
tidak hanya memikirkan keselamatan dirinya bersama Mordekhai semata-mata,
tetapi ia mau berkorban dan berjuang untuk seluruh lapisan masyarakat di
kerajaan Ahasyweros.
Saudara/I, Firman Tuhan mengajarkan kepada kita supaya
kita menabur yang baik, karena apa yang kita tabur pasti akan kita tuai
(Galatia 6:7). Kalau kita menabur yang baik, kita pasti menuai yang baik pula.
Demikian sebaliknya, kalau kita menabur yang tidak baik, pasti kita akan menuai
yang tidak baik juga. Seseorang pernah berkata, “jangan lemparkan batu kepada
orang lain, karena jika itu kembali kepadamu, pasti sangat menyakitkan.
Lemparkan roti kepada orang lain dan jika itu kembali kepadamu pasti
menyenangkan.”
Menabur dan menuai
adalah dua hal yang saling terkait. Tidak saja dalam pertanian, tetapi juga
dalam hidup sehari-hari. Ketika kita menanam benih padi yang baik, biasanya
kita pun akan menuai padi yang baik. Ingatlah bahwa kehidupan kita seperti
Bumerang, Apa yang kita lemparkan itu juga yang akan kembali. Haman menabur
kejahatan, maka dia sendirilah yang menuai kejahatan itu. Kitapun diajarkan
agar selalu menabur dan merancangkan kebaikan bagi orang lain, supaya hanya
kebaikanlah yang kita terima.
Saudara/I, Kisah dalam
bacaan kita ini juga menunjukkan bahwa kekuasaan seseorang bagaimanapun
tingginya masih mempunyai batasan. Kekuasaan yang dimiliki oleh Haman
terbendung oleh kekuasaan raja, sehingga dengan kejahatan yang telah
dilakukannya itu, raja memerintahkan untuk menggantung Haman di tiang yang
telah dibangunnya sendiri.
Karena itu, berita
Firman Tuhan hari ini juga mengajak kita semua untuk bersedia merendahkan hati
dalam situasi apapun supaya kita jangan “kena batunya” seperti Haman. Tidak ada
hukuman yang terlewatkan oleh Tuhan untuk setiap perbuatan jahat yang dilakukan
manusia baik dari jaman dahulu sampai dengan jaman sekarang. Setiap hari
kejahatan manusia terus terjadi dan terungkapnya kasus karena Tuhan menghukum
melalui proses yang tidak satu orang manusiapun yang mampu menyimpan kejahatan
itu. Atau dengan perkataan lain sehebatnya menutupi kesalahan maka akan
terungkap juga dan sanksi akan dihadapi oleh yang bersangkutan. Mari kita
selalu berbuat baik dan benar di dalam Tuhan. Salam damai. Amin.